Kamis, 08 April 2010

PANDANGAN KYAI MASDUQI MAHFUDZ TERHADAP PENDIDIKAN KAUM PEREMPUAN

Pendidikan merupakan sarana yang penting bagi setiap individu (manusia), laki-laki dan perempuan karena dengan pendidikanlah manusia dapat mengetahui Dzat yang menciptakannya dan seluruh mahluk hidup ciptaannya. Berguna untuk meningkatkan produktifitasnya dalam menggapai kehidupan ini, sehingga tidak akan mengalami kesengsaraan di dunia fana ini serta untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang sempurna, yang telah diberi akal oleh Tuhan yang digunakan untuk berfikir secara dinamis. Terhadap ilmu agama sebagai bekal beramal sholeh dan berbakti kehadirat Allah swt. Ilmu-ilmu agama dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas agama yang menjadi hak dan kewajiban perempuan baik itu ilmu tentang keimanan, kepribadian, akhlaq, kerumahtanggaan, kemasyarakatan dan sebagainya. Sebab seorang perempuan tidak akan dapat melaksanakan tugas agama tanpa ilmu agama. Perempuan menuntut ilmu umum dimaksudkan untuk menjadi bekal dan rangkaian kesempurnaan hidup untuk mencapai kelengkapan hidupnya yang layak seperti ilmu kesehatan, ilmu kerumahtanggaan, akuntansi, perekonomian dan sebagainya sebagai calon ibu, baik itu ibu bagi rumah tangga yang mendidik anak-anaknya maupun sebagai ibu masyarakat.Akan tetapi kenyataannya yang ada pada saat ini bahwa perempuan didiskriminasikan oleh sebagian masyarakat dalam masalah pendidikan. Kalau laki-laki boleh mencari ilmu atau mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya, maka perempuan dalam hal pendidikan sering dihambat oleh adat dan kebudayaan setempat sehingga untuk memperoleh pendidikan seakan-akan masih dibatasinya. Perempuan tidak perlu menempuh pendidikan tinggi-tinggi karena pada akhirnya mereka berada didapur. Perempuan tidak diberi kesempatan yang luas untuk memperoleh pendidikan yang tinggi. Kenyataan ini seolah-olah Islam juga ikut menegaskan posisi perempuan tersebut. Dalam realitas teks-teks fiqh klasik yang diajarkan di pesantren-pesantren yang masih terkategorikan tradisional cenderung diskriminatif terhadap perempuan. Bahkan menurut Masdar F. Mas’ud pada tahun 1993 yang telah membahas soosok perempuan dalam kitab kuning, dari sekian banyak tulisan hampir semua sepakat bahwa perempuan ditempatkan secara instrumental daripada substansial dalam fiqih. Akan tetapi dari pengamatan sepintas penulis tersebut apakah sudah cukup representatif ? Untuk menjawab persoalan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang fenomena di atas dengan penelitian studi tokoh. Tentang pandangan Kyai Masduqi Mahfudz terhadap pendidikan kaum perempuan. Tokoh yang satu ini terkenal dengan kemampuan dan penguasaanya terhadap kitab-kitab Islam klasik yang sering disebut salaf atau disebut juga kitab kuning. Kitab kuning ini berisi tentang fikih, tafsir, tauhid, tasawuf, tarikh dan sebagainya. Kelebihan lain dari tokoh ini adalah semangat jihad fi sabilillah nya, ketaatan kefanatikan dalam beragama. Sejak kecil sudah dihiasai dengan tingkah laku dan pandangan hidup santri. Walaupun demikian tidak mengendurkan semangatnya dalam menuntut ilmu pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu umum. Dengan tulisan ini diharapkan dapat diketahui :
1.Bagaimana pandangan kyai Masduqi Mahfudz tentang kedudukan perempuan dalam Islam.
2.Bagaimana pandangan kyai Masduqi Mahfudz terhadap latar belakang munculnya sikap-sikap diskriminasi terhadap pendidikan kaum perempuan.
3.Bagaimana pandangan kyai Masduqi Mahfudz terhadap penggabungan antara perempuan dan laki-laki dalam pelaksanaan pendidikan.
4.Bagaimana pandangan Kyai Masduqi Mahfudz terhadap pendididkan kaum perempuan.
Seperti yang terurai diatas, kita dapat memperluas cakrawala pengetahuan tentang pemikiran seorang tokoh agama khususnya disini seorang kyai yang dianggap dalam pengetahuannya oleh masyarakat tentang pandangannya terhadap pendidikan kaum perempuan. Sehingga nanti diharapkan dapat berguna bagi seluruh masyarakat. Terutama bagi para tokoh agama dalam mengambil keputusan untuk membantu memecahkan masalah pembangunan yang berkaitan dengan fiqih, yang membahas sosok perempuan khususnya dalam pendidikan.Pada akhir penulisan skripsi ini ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan khususnya bagi pesantren agar mulai mengadakan penataan supra struktur seperti penekanan dan penyebaran reinterpretasi agama yang lebih serius lagi yang belakangan ini sebenarnya sudah mulai cukup lama dilakukan namun hasilnya belum begitu nampak. Perlunya pengembangan kajian-kajian teks yang bersifat historis dan kritis, memperhatikan isu-isu perempuan dalam Islam dan perlunya pengembangan fiqih kontemporer. Negara dalam hal ini pemerintah sudah seharusnya menghapuskan segala bentuk diskriminasi menentang kaum perempuan. Pemerintah harus dapat meyakinkan bahwa perempuan mempunyai hak yang setara dengan laki-laki di dalam dunia pendidikan. Sehingga pandangan yang mendiskreditkan perempuan dalam pendidikan sedikit-demi sedikit mampu dihilangkan atau diminimalisir.

Deskripsi Alternatif :

Pendidikan merupakan sarana yang penting bagi setiap individu (manusia), laki-laki dan perempuan karena dengan pendidikanlah manusia dapat mengetahui Dzat yang menciptakannya dan seluruh mahluk hidup ciptaannya. Berguna untuk meningkatkan produktifitasnya dalam menggapai kehidupan ini, sehingga tidak akan mengalami kesengsaraan di dunia fana ini serta untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia yang sempurna, yang telah diberi akal oleh Tuhan yang digunakan untuk berfikir secara dinamis. Terhadap ilmu agama sebagai bekal beramal sholeh dan berbakti kehadirat Allah swt. Ilmu-ilmu agama dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas agama yang menjadi hak dan kewajiban perempuan baik itu ilmu tentang keimanan, kepribadian, akhlaq, kerumahtanggaan, kemasyarakatan dan sebagainya. Sebab seorang perempuan tidak akan dapat melaksanakan tugas agama tanpa ilmu agama. Perempuan menuntut ilmu umum dimaksudkan untuk menjadi bekal dan rangkaian kesempurnaan hidup untuk mencapai kelengkapan hidupnya yang layak seperti ilmu kesehatan, ilmu kerumahtanggaan, akuntansi, perekonomian dan sebagainya sebagai calon ibu, baik itu ibu bagi rumah tangga yang mendidik anak-anaknya maupun sebagai ibu masyarakat.Akan tetapi kenyataannya yang ada pada saat ini bahwa perempuan didiskriminasikan oleh sebagian masyarakat dalam masalah pendidikan. Kalau laki-laki boleh mencari ilmu atau mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya, maka perempuan dalam hal pendidikan sering dihambat oleh adat dan kebudayaan setempat sehingga untuk memperoleh pendidikan seakan-akan masih dibatasinya. Perempuan tidak perlu menempuh pendidikan tinggi-tinggi karena pada akhirnya mereka berada didapur. Perempuan tidak diberi kesempatan yang luas untuk memperoleh pendidikan yang tinggi. Kenyataan ini seolah-olah Islam juga ikut menegaskan posisi perempuan tersebut. Dalam realitas teks-teks fiqh klasik yang diajarkan di pesantren-pesantren yang masih terkategorikan tradisional cenderung diskriminatif terhadap perempuan. Bahkan menurut Masdar F. MasÂ’ud pada tahun 1993 yang telah membahas soosok perempuan dalam kitab kuning, dari sekian banyak tulisan hampir semua sepakat bahwa perempuan ditempatkan secara instrumental daripada substansial dalam fiqih. Akan tetapi dari pengamatan sepintas penulis tersebut apakah sudah cukup representatif ? Untuk menjawab persoalan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang fenomena di atas dengan penelitian studi tokoh. Tentang pandangan Kyai Masduqi Mahfudz terhadap pendidikan kaum perempuan. Tokoh yang satu ini terkenal dengan kemampuan dan penguasaanya terhadap kitab-kitab Islam klasik yang sering disebut salaf atau disebut juga kitab kuning. Kitab kuning ini berisi tentang fikih, tafsir, tauhid, tasawuf, tarikh dan sebagainya. Kelebihan lain dari tokoh ini adalah semangat jihad fi sabilillah nya, ketaatan kefanatikan dalam beragama. Sejak kecil sudah dihiasai dengan tingkah laku dan pandangan hidup santri. Walaupun demikian tidak mengendurkan semangatnya dalam menuntut ilmu pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu umum. Dengan tulisan ini diharapkan dapat diketahui :
1.Bagaimana pandangan kyai Masduqi Mahfudz tentang kedudukan perempuan dalam Islam.
2.Bagaimana pandangan kyai Masduqi Mahfudz terhadap latar belakang munculnya sikap-sikap diskriminasi terhadap pendidikan kaum perempuan.
3.Bagaimana pandangan kyai Masduqi Mahfudz terhadap penggabungan antara perempuan dan laki-laki dalam pelaksanaan pendidikan.
4.Bagaimana pandangan Kyai Masduqi Mahfudz terhadap pendididkan kaum perempuan.
Seperti yang terurai diatas, kita dapat memperluas cakrawala pengetahuan tentang pemikiran seorang tokoh agama khususnya disini seorang kyai yang dianggap dalam pengetahuannya oleh masyarakat tentang pandangannya terhadap pendidikan kaum perempuan. Sehingga nanti diharapkan dapat berguna bagi seluruh masyarakat. Terutama bagi para tokoh agama dalam mengambil keputusan untuk membantu memecahkan masalah pembangunan yang berkaitan dengan fiqih, yang membahas sosok perempuan khususnya dalam pendidikan.Pada akhir penulisan skripsi ini ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan khususnya bagi pesantren agar mulai mengadakan penataan supra struktur seperti penekanan dan penyebaran reinterpretasi agama yang lebih serius lagi yang belakangan ini sebenarnya sudah mulai cukup lama dilakukan namun hasilnya belum begitu nampak. Perlunya pengembangan kajian-kajian teks yang bersifat historis dan kritis, memperhatikan isu-isu perempuan dalam Islam dan perlunya pengembangan fiqih kontemporer. Negara dalam hal ini pemerintah sudah seharusnya menghapuskan segala bentuk diskriminasi menentang kaum perempuan. Pemerintah harus dapat meyakinkan bahwa perempuan mempunyai hak yang setara dengan laki-laki di dalam dunia pendidikan. Sehingga pandangan yang mendiskreditkan perempuan dalam pendidikan sedikit-demi sedikit mampu dihilangkan atau diminimalisir.

MENINGKATKAN PENELITIAN ILMU-ILMU AGAMA

DESKRIPSI

Dalam pidato pembukaan Studi Purna Sarjana tahun 1974/1975 yang lalu telah penulis uraikan tentang alasan-alasan mengapa dalam Studi Purna Sarjana ini dipusatkan perhatiannya pada sejarah, filsafat dan metode penelitian sosial dan agama. Kami rasa hal itu tidak perlu diulangi lagi.
Sungguhpun demikian sedikit tentang penelitian sosial dan agama perlu disinggung disini, karena telah adanya badan baru dalam lingkungan Departemen Agama yang khusus mengurus penelitian ini.

Penelitian Sosial
Profesor Dr. Selo Sumarjan selaku Panitia Program Latihan Penelitian Ilmu-ilmu SOsial yang dibentuk oleh Ford Foundation atas permintaan Departemen P&K dalam laporannya yang disiarkan Antara(10-6-1975) menyatakan bahwa "keadaan ilmu-ilmu sosial selain ilmu ekonomi di Indonesia dewasa ini sangat lemah." Oleh karena itu beliau menyatakan bahwa "kualitas pendidikan dalam ilmu-ilmu sosial memerlukan usaha peningkatan yang sistematis yang harus dilaksanakan dengan kesungguhan hati yang kuat." Selanjutnya dinyatakan bahwa kekurangan-kekurangan yang dirasakan sekarang adalah misalnya (1) kekurangan buu bacaaan ilmiah (2) kekurangan kegiatan penelitian secara ilmiah (3) kekurangan diskusi akademis (4) dan masih rendahnya pengetahuan bahasa asing diantara sebagian besar mahasiswa dan dosen, sedang relatif sedikit sekali buku ilmu-ilmu sosial yang ditulis menggunakan bahasa Indonesia.

Selanjutnya beliau menerangkan bahwa "Peningkatan mutu pendidikan Ilmu-ilmu sosial kini menjadi masalah yang amat penting. Hal ini diantaranya dapat disimpulkan dari bertambah pentingnya pembangunan sosial yang bersamaan dengan pembangunan ekonomi sejak dimulainya pelita ke II
Pentingnya pembangunan sosial itu tidak hanya karena kita ingin menambah lembaga-lembaga yang melayani masyarakat untuk meningkatkan mutu hidupnya, atau kaerna kita memerlukannya untuk mendukung pembangunan ekonomi, akan tetapi juga untuk membentuk masyarakat yang memiliki sifat-sifat yang kita inginkan bersama."

Lebih lanjut dikemukakan bahwa "pertimbangan untuk membantu dalam pembangunan sosial itu memperkuat keputusan panitia dalam memilih cara yang dianggap apling efektif untuk mengembangkan ilmu-ilmu sosial di Indonesia yaitu dengan mendirikan pusat-pusat latihan penelitian ilmu-ilmu sosial."

Pakar Ilmu Agama Jerman Bertemu dengan Para Pendeta di Sumut

Pakar bidang ilmu agama-agama di Fakultas Teologi Universitas Hamburg, Jerman Prof DR Olaf Schumann, mengadakan pertemuan dengan para pimpinan/dosen STT HKBP, pendeta HKBP Distrik V Sumatera Timur dan mahasiswa pasca sarjana serta pendeta-pendeta dari gereja-gereja di Mess STT HKBP Pematangsiantar, Jumat (17/2), Harian SIB memberitakan.

Dalam pertemuan tersebut, Schumann memberikan gambaran tentang mitra kehidupan kerjasama yang cukup baik antara penganut Kristen dan Muslim di Eropa khususnya dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan persaudaraan yang sejati.

Schumann menekankan kiranya setiap penganut agama dan tokoh-tokoh agama harus saling menghargai keberadaan sesamanya walaupun berbeda agama. Sebab hal itu merupakan salah satu cara demi mewujudkan kehidupan dunia yang aman dan damai. "Janganlah kita membuat sesuatu tindakan/perbuatan yang bisa menimbulkan penganut agama lain menjadi tersinggung," katanya, seperti diberitakan Harian SIB.

Menurut dia, sangat perlu dijalin kerjasama di antara agama yang ada di dunia ini untuk satu sehati menanggulangi gangguan terhadap kesatuan manusia di dunia dengan berusaha meminimalkan jurang di antara bangsa, etnis dan kultural. Karena itu, perlu dirajut suatu persekutuan di antara sesama dan bukan mengutamakan perbedaan.

Dalam pertemuan itu beberapa peserta menyampaikan pertanyaan antara lain Dr Ulrich (dosen tamu di STT HKBP P Siantar), Pdt Dr Binsar Nainggolan, Pdt Dr Darwin Lumbantobing, Pdt P Hutapea MTh, Pdt BT Simarmata MTh, Pdt Nelly Br Hutahaean, Pdt Dr Plasthon Simanjuntak.

Sedangkan Pdt M Hutasoit STh mengajukan pertanyaan menyangkut perlunya dialog antar umat beragama, tentang toleransi umat beragama khususnya di Jerman, serta pentingnya kehidupan bersama.

Kedudukan Filsafat dalam Struktur Ilmu Agama Islam

A. Nisbab antara filsafat dan ilmu agama

Dalam jadwal kuliah madrasah besar pengajaran filsafat tidak masuk teras matakuliah pokok, tetapi digolongkan dalam 'ulum al-ajam (ilmu-ilmu asing). Artinya tidak langsung bertempat antara ulum al-din (ilmu-ilmu agama) yang berdasarkan tradisi dan disebut 'ulum al-naqliyyah. Dilihat dari segi lain, filsafat, bersama dengan ilmu mantik dan filologi (lughat, nahwat, sarf dan adab), dipergunakan sebagai ilmu alat ('aliyyah).


Kedudukan filsafat sebagai asing atau sebagai alat saja jelas berkaitan dengan takrif teologi. L. GARDET mendefinisikan teologi muslim sebagai apologi defensif. Teologi hanya perlu diperhatikan sewaktu-waktu, yaitu bila dalil-dalil agama diragukan oleh orang di dalam atau diserang dari luar . Karena itu AL-GHAZALI memperbandingkan teologi dengan obat untuk orang sakit, bukan dengan gizi untuk orang sehat. Pada ketika ajaran agama menjadi "quieta possessio" (milik aman tak terancam) teologi dapat dibebastugaskan, seperti ditulis oleh b. TAYMIAH. Definisi GARDET tersebut disetujui pada masa sekarang oleh FADLOU SHEHADI, ISMAIL FAROUQI dan a. HANAFI (Pengantar theology Islam, Yogyakarta 1967, 126-127).


Jadi terdapat perbedaan besar dengan faham katolik yang mengharapkan dari "intellectus quaerens fidem " (akal menyelidiki isi iman) suatu sumbangan substansiil untuk integrasi akal dan iman dan pembinaan sintese teologis spekulatif.

Karena syarat untuk hidup filsafat dalam Islam itu, maka para filsuf harus merebut kedudukannya oleh membenarkan diri sebagai pendukung, pembela dan juru penerangan agama. Berkali-kali mereka mencoba hal itu, tetapi harapan tidak dipenuhi dan hasil pikiran mereka ditampik sebagai tidak memenuhi syarat.

B. Penolakan filsafat

Kontak pertama dengan dinamik filsafat Yunani mengobar-ngobarkan semangat besar untuk berfilsafat dan untuk memperluas cakrawala budi di luar batas-batas dari pelajaran hukum (fiqh). Para peminat filsafat yang pertama belum menyusun sistem, hanya memetik beberapa buah fikiran dari khazanah Yunani. Nafsu mereka untuk mengecap buah terlarang itu mengakibatkan kecurigaan pada fihak fuqaha. Dalam dua pernyataan, yang digabungkan dengan ahli fiqh ABU HANIF A (w. 767), yaitu FIQH AKBAR I dan AL-WASIYAT, dirumuskan 37 fasal yang tidak boleh diganggu-gugat oleh kaum filsuf . Gerakan MUTAZILA masuk lebih dalam istana filsafat. Maka dalam FIQH AKBAR II, di mana pengaruh AL-ASH' ARI menampak ( ± 935), dikeluarkan pernyataan resmi (29 fasal) yang membatasi penelitian bebas oleh kaum filsuf.

Gerakan FALSAFAH hellenistis memperuncing ketegangan antara akal dan iman. Reaksi para ulama berbentuk aneka warna. Dalam FIQH AKBAR III (abad XI) filsafat dalam 33 fasal ditolak sebagai bid'ah, kufurat, zandiq, mulhid, haram dan majuzi. Al-Tahafut menghitamkan ajaran filsafat secara sistematis dan menyudahi kegiatan filsafat di khalifat timur. Pada tahun 1196 Sultan ABU YUSUF AL-NASIR melarang dengan keras pelajaran filsafat dalam seluruh daerah kekuasaannya di barat. Perlawanan selanjutnya tampak dalam buku-buku seperti "Al-radd ala'I-mantiq", karangan b. TAYMIAH (1300), "lbtal al-falsafah" karangan b. KHALDUN (1400), yang dalam jadwal ilmu pengetahuan mendaftarkan falsafat dalam golongan ilmu-ilmu tolol setingkat dengan sihir, tenung, alkemi dan klenik (The Muqadimmah, terj. F. ROSENTHAL, cet. 2, New York 1967, III 152-153; 246-258). Akhirnya terbitlah "Tahafut al-falsafah", disusun oleh KHAJAZADAH atas perintah sultan Turki Osmanli Mehmed Il (1451 -1481).

Betapa hebat serangan anti filsafat itu dapat dimengerti dari fatwa seorang mu'allim di madrasah Dar al-hadith di Dimashq, yaitu IBN AL-SALEH TAHI'UDDIN ABU AMR 'UTHMAN AL-KURDI AL-SHAH- RAZURI (1182 -1245), yang mengatakan:

"Filsafat merupakan pokok kebodohan dan penyelewengan, bahkan kebingungan dan kesesatan. Barangsiapa yang berfilsafat, maka butalah hatinya dari kebajikan shari'at suci. Siapa mempelajarinya, maka di diiringi kehinaan, tertutup bagi kebenaran dan tergoda oleh setan Para ulama menyelami lautan kebenaran dan bahasan tanpa ilmu mantik atau filsafat. Barangsiapa berpendapat bahwa kedua ilmu berfaedah, maka dia telah dibujuk dan ditipu oleh setan. Para penguasa wajib memecat mereka dari pengajaran dan memenjarakannya" (bdk. E I, III, 927; Hanafi, Pengantar filsafat Islam OC. 27-28).

Suara peringatan seperti itu bernafas panjang dan bergema jauh. MUH. ABDUH menasehati, agar madhhab filsafat berhenti bicara saja (Risalah Tauhid, terj. H. FIRDAUS, Jakarta 1963, 80). H. MUNAWAR CHALIL menyerukan, agar kaum muslim takut akan pemakaian akal, pikiran dan ra'y dalam urusan agama (Kembali kepada al-Qur.an dan assunah, Jakarta 1956, 118-126). Filsafat mengacaukan jalan pikiran benar (HAMKA, Pelajaran agama Islam, Jakarta 1956, 162-169). H. RASHIDI memasang rambu bahaya pada jalan filsafat; itulah jalan ke kufurat (Penyuluh Agama, 1956, 17) dst.

C. Pujian kepada para filsuf kuno

Berselang-seling dengan rambu "Awas Bahaya" dilihat juga tugu-tugu kenang-kenangan. Sering dibaca sekarang, bahwa ummat Islam berhak membanggakan diri atas nilai filsafat ajarannya dan atas para filsuf termashur yang lahir di tengah-tengah mereka.
Mengenai ujud pertama dibuktikan, bahwa pelaksanaan arkan al-islam menghasilkan manfaat besar. Misalnya puasa berguna untuk kesehatan, sikap badan dalam salat melemaskan sendi tulang dan memperpanjang usia, manasik haji mempererat ikatan persaudaraan antara bangsa-bangsa dll. Hasil baik itu disebut hikmah atau filsafat rukun (misalnya. H. ASHSHIDI- QY, Ideologi Islam, Medan, tt.). Syukurlah bahwa hasil baik itu menyusul. Hanya saja sebaiknya tidak diberikan predikat filsafat. Nama tepat untuk hal itu adalah: akibat pragmatis dari kewajiban terhadap Tuhan.

Secara tidak langsung filsafat dipuji oleh perbandingan antara alim ulama dahulu dengan tokoh-tokoh filsafat baru. Misalnya: AL-GHAZALI disebut Kant atau Bergson Islam; IQBAL dijuluki Descartes Islam; AL- ASH' ARI, Leibnitz Islam (bdk. Gema Islam 2, 1962, 22; 3, 1962, 9-10). AL- GHAZALI juga digelari sebagai Descartes daIi David Hume Islam (M. NAT- SIR, Capita Selecta, Jakarta 1957, 20, 179, 201). Perbandingan itu, bila dipikirkan dengan konsekwen, memuat penilaian positif terhadap para filsuf kuno dan mengandung kemungkinan - siapa tahu ? kehidupan kembali filsafat di dalam Islam.

MAKIN TINGGI ILMU AGAMA, MAKIN RENDAH HATI

Setelah meluruskan dan membenarkan niat kita, agar sukses dalam mencari ilmu orang perlu tawadlu’ (rendah hati/tidak sombong). Karena tawadlu’ itu sifat orang taqwa. Orang taqwa yang tawadlu’ dengan cepat naik ke derajat yang tinggi. Jauhi sifat sombong (sombong itu hanya milik Allah), jika kita ingin sukses dengan selamat dunia akhirat.

Seperti pepatah tanaman “Makin tinggi makin merunduk”. Makin tinggi ilmu seseorang, makin merasa bodoh, merasa tidak ada artinya di hadapan Allah. Orang yang berilmu tinggi, biasanya tidak merasa pinter. Tidak merasa benar sendiri. Tidak mudah mengafirkan orang. Tidak mudah menuduh bid’ah seseorang. Selalu berprasangka baik terhadap orang lain.

Sementara agar kita bisa menjadi manusia yang tawadlu’ dan berilmu tinggi, maka bagi pelajar harus bisa memilih ilmu yang benar. Hendaknya memilih mana yang terbagus dan dibutuhkan dalam kehidupan agamanya pada waktu itu dan yang untuk waktu akan datang. Hendaknya lebih dahulu mempelajari Tauhid, mengenali Allah lengkap dengan dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taqlid – sekalipun menurut pendapat kita sudah syah – adalah tetap berdosa, karena tidak mau beristidlal dalam masalah ini.

Juga penting adalah memilih ilmu kuna, bukan baru lahir dalam masalah agama. Banyak ulama berkata: Tekunilah ilmu kuna, bukan ilmu yang baru saja. Awas jangan sampai terkena pengaruh perbantahan (perdebatan agama) yang tumbuh subur setelah habisnya ulama besar. Sebab hal itu hanya menjauhkan para penuntut ilmu dari mengenali fiqh, hanya menghabiskan usia tanpa guna, menumbuhkan sikap antipati dan gemar bermusuhan. Dan itulah termasuk tanda-tanda kiamat akan tiba serta lenyapnya fiqh dan pengetahuan-pengetahuan lain.

Agama itu nasihat, pitutur. Bukan diomongkan, tapi harusnya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang banyak mempelajari agama hanya untuk melakukan perdebatan khilafiah. Misalnya: soal qunut, tahlil, bilangan taraweh dan sebaginya. Tolak ukur akhlak seseorang dalam masyarakat terletak pada seberapa dermawan seseorang. Seberapa ringan terhadap dunia. Seberapa peduli terhadap sesama manusia. Seberapa belas kasihnya terhadap manusia.

Presepsi Islam Terhadap Teknologi

Kaum muslimin rahimakumullah!Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dan selalu bersyukur kepada Allah yg telah mengaruniai agama Islam sebagai pedoman hidup yg lurus lengkap dan sempurna sebagaimana ditegaskan dalam Alquran surat Al-Maidah ayat tiga yg artinya “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Aku cukupkan kepadamu ni’mat-Ku dan telah Aku ridhai Islam menjadi agamamu.” Kaum muslimin yg berbahagia!Salah satu keagungan ni’mat yg dikaruniakan Allah bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah ni’mat ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya krn Allah telah mengaruniakan anugerah keni’matan kepada manusia yg bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan keni’matan sains teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yg tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adl sumber teknologi yg mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknoogi adl terapan atau aplikasi dari ilmu yg dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yg lbh canggih dan dapat mendorong manusia utk berkembang lbh maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis utk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adl firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yg artinya “Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi utk kamu guna memelihara diri dalam peperanganmu.” Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut utk berbuat sesuatu dgn sarana teknologi. Sehingga tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yg tangguh produktif dan inofatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad itu. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat ditindaklanjuti dgn sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya melepaskan kepeloporannya. Lalu bangsa Barat dgn mudah mengambil dan menransfer ilmu dan teknologi yg dimiliki dunia Islam dan dgn mudah pula mereka membuat licik yaitu membelenggu para pemikir Islam sehinggu sampai saat ini bangsa Baratlah yg menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan teknologi. Kaum muslimin rahimakumullah!Begitulah menurut catatan sejarah bangsa Barat berhasil mengambil khazanah ilmu pengetahuan yg telah dikembangkan lbh dahulu oleh kaum muslimin kemudian mereka mengembangkannya di atas paham materialisme tanpa mengindahkan lagi nilai-nilai Islam sehingga terjadilah perubahan total sampai akhirnya terlepas dari sendi-sendi kebenaran. Para ilmuwan Barat dari abad ke abad kian mendewa-dewakan rasionalitas bahkan telah menuhankan ilmu dan teknologi sebagai kekuatan hidupnya. Mereka menyangka bahwa dgn iptek mereka pasti bisa mencapai apa saja yg ada di bumi ini dan merasa dirinya kuasa pula menundukkan langit bahkan mengira akan dapat menundukkan segala yg ada di bumi dn langit. Sehingga tokoh-tokoh mereka merasa mempunyai hak utk memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologinya itu kepada semua yg ada di bumi agar mereka bisa mendikte dan memberi keutusan terhadap segala permasalahan di dunia. Sebenarnya masyarakat Barat itu patut dikasihani krn akibat kesombongannya itu mereka lupa bahwa manusia betapapun tingg kepandaiannya hanya bisa mengetahui kulit luar atau hal-hal yg lahiriah saja dari kehidupan semesta alam. Manusia hanya diberi ilmu pengetahuan yg sedikit dari kemahaluasan ilmu Allah. Di atas orang pintar ada lagi yg lbh pintar dan sungguh Allah SWT benci kepada orang yg hanya tahu tentang dunia tetapi bodoh tentang kebenaran yg ada di dalamnya. Allah SWT berfirman yg artinya “Celakalah bagi orang-orang kafir dgn siksa yg pedih. Mereka lbh menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan menghalangi manusia dari jalan Allah serta menginginkan agar jalan itu bengkok. Mereka berada dalam kesesatan yg nyata.” . Kaum muslimin rahimakumullah!Peradaban modern adl hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yg gemilang yg telah dicapai oleh manusia setelah diadakan penelitian yg tekun dan eksperimen yg mahal yg telah dilakukan selama berabad-abad. Maka sudah sepantasnya kalau kemudian manusia menggunakan penemuan-penemuannya itu guna meningkatkan taraf hidupnya. Kemajuan teknologi secara umum telah banyak dini’mati oleh masyarakat luas dgn cara yg belum pernah dirasakan bahkan oleh para raja dahulu kala. Makanan lbh ni’mat dan beraneka ragam pakaian terbuat dari bahan yg jauh lbh baik dan halus sarana-sarana transportasi dan komunikasi yg kecepatannya amat mengagumkan gedung dan rumah tempat tinggal dibangun dengn megah dan mewah. Tampaknya manusia di masa depan akan mencapai taraf kemakmuran yg lbh tinggi dan memperoleh kemudahan-kemudahan yg lbh banyak lagi. Walaupun demikian kita juga menyaksikan betapa batin manusia zaman sekarang selalu mengerang krn sirat kerakusan manusia semakin merajalela dan perasaan saling iri di antara perorangan atau kelompok telah menyalakan api kebencian di mana-mana. Kata orang bijak di dunia sekarang ini nafsu manusia lbh besar daripada akal sahabatnya. Kebanyakan manusia di dunia kini hanya mengingat kesenangan hidupnya lupa kepada Tuhannya. Ia mengira bahwa dunia ini adl segalanya tak ada kelanjutannya dan tak ada kehidupan kecuali di dunia saja. Benar bahwa agama Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik di zaman lampau di masa sekarang maupun di waktu-waktu yg kan datang. Demikian pula ajaran Islam ia tidak akan bertentangan dgn teori-teori pemikiran modern yg teraturdan lurus dan analisa-analisa yg teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adl mubah termasuk segala apa yg disajikan oleh berbagai peradaban baik yg lama ataupun yg baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yg hukumnya haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yg tegas dan pasti mengherankannya. Bukanlah Alquran sendiri telah menegaskan bahwa agama Islam bukanlah agma yg sempit? Allah SWT telah berfirman yg artinya “Di sekali-kali tidak menjadikan kamu dalam agama suatu kesempitan.” . Adapun peradaban modern yg begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi vidio alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua muda atau anak-anak yg tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yg diakibatkannya. Tetapi di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab adanya pelbagai media informasidn alat-alat canggih yg dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah yg menentukan opersionalnya. Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dgn baik dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia menggunakannya utk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata. Kaum muslimin rahimakumullah!Memang dalam abad teknologi dan era globalisasi ini umat Islam hendaklah emlakukan langkah-langkah strategis dgn meningkatkan pembinaan sumber daya manusia guna mewujudkan kualitas iman dn takwa serta tidk ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun seiring dgn upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kita pun harus jeli menentukan pilihan ini. Untuk apakah semua kemajuan itu? Apakah sekadar utk menuruti keinginan-keinginan syahwat lalu tenggelam dalam kemewahan dunia hingga melupakan akhirat dan menjadi pengikut-pengikut setan? Ataukah sebaliknya semua ilmu dan kemajuan itu dicari utk menegakkan syariat Allah guna memakmurkan bumi dan menegakkan keadilan seperti yg dikehendaki Allah serta utk meluruskan kehidupan dgn berlandaskan pada kaidah nora

keistimewaan sholawat

Firman Allah
“sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi.
hai orang-orang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al Ahzab:56)

coba kita renungkan,
Allah dan para malaikat saja bersholawat untuk nabi,tapi kenapa kita yang
umatnya kok gak mau bersholawat untuk beliau??
kira-kira pantas gak???

padahal begitu banyak pengorbanan Nabi Muhammad untuk umatnya,
untuk kita semua.
dari itulah mari kita semua membaca sholawat untuk beliau !!

ALLAHHUMMA SHOLLI A’LA MUHAMMAD

dan berikut beberapa keistimewaan sholawat:

sebagai pelicin do’a
do”a kita akan semakin mudah sampai kepada Allah,kalau kita awali dengan
sholawat. maka sebelum berdo’a mari kita membaca sholawat terlebih dahulu.

walaupun salah tetap dapat pahala
maksudnya gini,seumpama kita membaca sholawat, tapi cara membaca kita
kurang benar atau mungkin salah,kita tidak berdosa tapi tetap mendapat pahala.
jadi,gak usah takut salah bila membaca sholawat.
membaca sholawat salah aja dapat pahala,apalagi kalau kita membaca dengan benar??
tapi lebih diutamakan membaca sholawat dengan baik dan benar.

walaupun riya’ tetap dapat pahala
seumpama kita membaca sholawat, tapi bukan ikhlas karena Allah atau Nabi melainkan
karena pamer atau pengen dilihat orang lain,dll..sholawat kita tetap dapat pahala.
membaca sholawat riya’ aja dapat pahala,apalagi kalau kita membaca dengan ikhlas??

sholawat boleh dibaca kapanpun,dimanapun dan berapapun..

Dan ingat
hanya Nabi Muhammad satu-satunya nabi yang bisa memberi syafa’at (pertolongan)
kepada umatnya di akhirat nanti.
jadi,kalau kita pengen diakui umatnya nabi Muhammad dan mendapat syafa’at beliau

di akhirat nanti,
mari kita berlomba-lomba memperbanyak membaca sholawat !!!!

Cara mempelajari ilmu dasar agama islam

Fakta : Mempelajari ilmu dasar Agama Islam sebenarnya mudah, asal ditunjukkan sehingga tahu cara dan jalannya.

Pernahkah Saudara berpikir suatu saat menemukan cara mudah mempelajari ilmu dasar Agama Islam, sehingga memperoleh kepuasan dan keyakinan menghadapi segala kemungkinan di balik kehidupan dunia yang fana ini?


Ya, memang Saudara, suatu fenomena di masyarakat pada dasarnya mereka kesulitan menemukan kembali kemurnian Ilmu Agama Islam, sebagai bekal pengamalan secara real menjadi pegangan hidup, way of life, jalan keselamatan dunia dan akhirat.

Hal itu memang dimaklumi mengingat adanya beberapa faktor yang dapat menjadi kendala antara lain :


- Faktor Tempat

Kemana akan mencari tempat ataupun lembaga yang benar-benar mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat tentang peribadatan berdasarkan kepada Kitab Suci Al-Quran dan Sunah Rosululloh SAW secara kongkrit.

- Faktor Materi dan Pengajar / Ustadznya

Masalah materi sebenarnya sudah jelas karena pedoman Agama Islam adalah al-Quran dan al-Hadis , sebagaimana Nabi Muhammad SAW sudah berpesan “Taroktu fii kum amroini lan tadhil-lu ma tamasktum bi hima kitaabillahi wa sun-nati nabiyihi,” = Telah aku tinggalkan dua perkara di kalangan kamu semua, (yang mana) kamu semua tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya, (yaitu) Kitabillah (Al-Quran) dan Sunah / tuntunan Nabinya Alloh (al-Hadis). Hadis Riwayat Malik fii Muato’.
Haditsnya begitu jelas, namun kenyataanya praktek di lapangan permasalahan materi ini belum memasyarakat sebagaimana yang kita harapkan.
Demikian juga siapa pengajar (ustadz) yang memiliki kemampuan memadai tentang penguasaan ilmu dasar Agama Islam, namun tetap dengan ridho sanggup berjuang Lillahi Ta’ala (karena Alloh) memberikan ilmunya, membimbing serta mendampingi dengan sobar, tekun.
Melayani dan mendatangi masyarakat yang meminta kursus private meskipun hanya mengajar satu atau dua orang? ikhlas,

- Faktor Metode Pembelajaran / Pengajian.

Metode pengajian pada umumnya selama ini belum efektif mengena pada sasaran, dengan hanya mendengarkan ulama / ustadz ceramah di podium pada tabligh akbar , media elektronik (radio, televisi, internet) , ataupun tulisan di media cetak yang berpola komunikasi searah , rasanya belum memperoleh hasil yang optimal. Terkadang materi yang dibawakan justru tidak menyentuh permasalahan pembinaan umat dengan tuntunan perilaku kehidupan sehari-hari.
Sementara mempelajari agama dengan membeli dan membaca buku-buku agama karangan para penulis, terkadang juga menimbulkan berbagai keraguan. Semakin banyak membaca buku-buku karangan belum tentu semakin mantap dalam keyakinan terhadap suatu amalan atau topic tertentu.
Hal ini dimaklumi karena untuk satu topic tertentu saja, cukup banyak para penulis dari berbagai sudut pandangnya tentang Islam yang dipublikasikan dengan banyaknya penerbitan buku karangan para penulis tersebut.
Alhasil sulit untuk menyimpulkan, lalu munculah keraguan bagi para pencari “hidayah” ilmu agama, bahkan dapat “membingungkan”.
Mudahkah kita menghubungi penulis melalui penerbit untuk sekedar konfirmasi, terlebih berbincang-bincang sepuasnya ?
Membaca buku-buku agama karangan para pakar, bukannya tidak penting, tetapi tetap berguna untuk menambah wawasan, sebagai bahan studi banding terutama dalam hal teknik dan metodologi penulisannya yang kebanyakan sudah memenuhi syarat-syarat penulisan karya ilmiah.
Saatnya kita perlu cara lain untuk mendalami dasar ilmu Agama Islam, dengan cara yang praktis namun efektif praktis menemukan kepastian dalam keyakinan, yang tidak sekedar sebagai pengetahuan layaknya membaca koran dan majalah.
- Faktor Lamanya Waktu Belajar.
Faktor ini cukup menjadikan alasan tidak intensif pembelajaran. Banyak di antara kita memiliki kegiatan yang sudah menjadi rutinitas, menyita banyak waktu dan perhatian, seperti bekerja, mengurus anak, kuliah, mengurus partai, mengawasi perusahaan, padatnya jadwal mengajar les private, kepadatan sidang bagi anggota dewan, kesibukan shooting bagi selebritis, kesibukan membuat Surat Lamaran kerja, serta berbagai kesibukan dalam keluarga, sehingga urusan mengaji / mendalami agama berpeluang menjadi semakin terabaikan.
Keinginan untuk mendalami agama secara intensif sebagaimana Saudara-saudara kita yang belajar di pondok pesantren, yang mengabiskan waktu bertahun-tahun, ternyata banyak pertimbangan.
Itu idealis tetapi belum tentu realistis.
Namun dengan metode pembelajaran (mengaji) dengan memaknai Quran Hadits dengan bimbingan langsung dari mubaligh ini, pengalaman saya, Hari Wuryanto mengikuti pengajian tersebut sehingga menemukan “kunci rahasia” Agama Islam sebagaimana bentuk ASLI-nya yang dipraktekkan oleh Rosululloh SAW beserta para sohabatnya hanya memerlukan waktu 3 bulan !

Keutamaan Mempelajari Fiqih dan Ilmu Agama

Keutamaan Mempelajari Fiqih dan Ilmu Agama

1. Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar. (HR. Bukhari)

2. Para ulama fiqih adalah pelaksana amanat para rasul selama mereka tidak memasuki (bidang) dunia. Mendengar sabda tersebut, para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa arti memasuki (bidang) dunia?” Beliau menjawab, “Mengekor kepada penguasa dan kalau mereka melakukan seperti itu maka hati-hatilah terhadap mereka atas keselamatan agamamu. (HR. Ath-Thabrani)

3. Rasulullah Saw bersabda : “Ya Allah, rahmatilah khalifah-khalifahku.” Para sahabat lalu bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah khalifah-khalifahmu?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang datang sesudahku mengulang-ulang pelajaran hadits-hadits dan sunahku dan mengajarkannya kepada orang-orang sesudahku.” (HR. Ar-Ridha)

Keanehan Dan Kemisteriusan Angka 7


Temen-temen, aku pengen sharing nih,,,

Pertama-tama aku pengen ungkapin, bahwa sebenarnya matematika pun tak bisa lepas dari ilmu agama...
Rata Penuh

Mau bukti?? Salah satunya adalah angka 7 (tujuh).
Kenapa dengan angka ini?? Da yang tau dimana letak kemisteriusan dan kesamaannya dengan ilmu agama??

Seperti kita ketahui... Bahwa sampai sekarang, belum ada satu orang pun yang bisa mendeskripsikan bilangan-bilangan kelipatan 7...
Kelipatan-kelipatan angka lain bisa kita ketahui dengan sekilas, misalnya:
~ bilangan kelipatan 2 pasti bilangan genap
~ bilangan kelipatan 3 pasti bila dijumlahkan digit-digitnya akan menghasilkan 3,6 atau 9
~ bilangan 4 dan 8, hampir memiliki ciri yang sama dengan bilangan kelipatan 2
~ bilangan kelipatan 5, pasti bilangan yang memiliki satuan 0 dan 5
~ bilangan kelipatan 6, adalah bilangan yang bila digit-digitnya dijumlahkan akan menghasilkan 3,6 atau 9, dengan satuan genap
~ bilangan kelipatan 9 adalah bilangan yang bila dijumlahkan digit-digitnya akan menghasilkan 9

Kemudian, bagaimana dengan kelipatan 7?? Sungguh misterius...

Semua itu sama misteriusnya dengan ilmu agama, terutama yang saya tekankan adalah agamaISLAM...

Seperti kita ketahui, ALLAH menciptakan alam dalam waktu 7 hari, dengan 7 lapis bumi dan 7 lapis langit. Kemudian, neraka juga ada 7, begitu pula dengan surga yang berjumlah 7... Hal-hal tersebut masih misteri bagi kita semua. Kita hanya wajib mempercayainya, tanpa mengetahui bagaimana asal-usulnya, , , , aneh bukan??

Kemudian, surat yang pertama kali di AL-QUR'AN, yaitu surah AL-FATIHAH juga memiliki 7 ayat,,,

Dari fenomena alam pun ada kejadian yang aneh. Seperti kita ketahui, bahwa warna putihadalah gabungan dari seluruh warna. Lalu, kenapa warna pelangi cuma 7?? Aneh g??

Jumlah hari dalam seminggu pun ada 7 hari??

Dan masih banyak lagi misteri dari angka 7. Sungguh sebuah angka yang memiliki ribuan fenomena.

Semoga dengan ini, kita semakin bisa mendekatkan diri kepada ALLAH SWT....

Ilmu Dunia vs Ilmu Agama

Bismillahirrahmanirrahim...

"A'uzubillahiminashshaithaanirrajimm..." Khalifah menguap sambil tangan kanan menutup mulutnya.


Dipalingkan wajahnya ke arah 'Abid yang sedang tekun mengulangkaji pelajaran. Dia tersenyum melihat 'Abid. Sesekali 'Abid memejamkan matanya sambil mulutnya terkumat kamit menghafal sesuatu. Khalifah kembali memandang bukunya yang sudah berwarna dengan bermacam warna
highlighter.

"Bismillahirrahmanirrahim..." kata Khalifah lalu menyambung mujahadahnya.


***********************************************************************************


"Tekun benar aku tengok kau
study tadi. Aku dah siap menguap-nguap tengok buku. Kau, aku tengok steady saja. Bagilah tips sikit," tegur Khalifah kepada 'Abid.

'Abid sibuk mengemas buku-bukunya yang bersepah di atas meja.


"Tak ada
tips apa pun, Khalifah. Aku hanya menjalankan tanggungjawab aku sebagai seorang pelajar saja," jawab 'Abid sambil tangannya mencapai pen-pen di atas meja lalu disimpan ke dalam begnya.

Khalifah hanya berdiri di sisi 'Abid, melihat sahaja sahabatnya mengemas barang.


"Okey, dah. Jom kita balik, Khalifah!" ajak 'Abid sambil memandang Khalifah dan menyandang begnya.


'Abid menyentuh bahu Khalifah dan mereka berjalan keluar dari perpustakaan itu.


"'Abid, jawablah soalan aku tadi," ujar Khalifah yang tidak lekang dari senyuman.


"Hahaha. Nak jawab apa, Khalifah?" 'Abid ketawa kecil.


"Soalan aku tadilah. Macam mana kau boleh begitu fokus dalam belajar. Tak macam aku. Hanya bila nak sediakan bahan usrah saja aku bersemangat, bila dengar ceramah agama saja aku bersemangat, bila nak
plan program agama saja aku bersemangat tapi bila belajar ilmu dunia ni, aku cepat sangat mengantuk, hilang semangat," terang Khalifah.

'Abid mendengar sahaja luahan hati sahabatnya itu. Dia berhenti lalu berkata, "Kejap, Khalifah. Kita
stop sini sekejap."

Khalifah memandang 'Abid. Kedua-dua tangannya diseluk ke dalam poket
overcoat hitamnya, menahan sejuk.

"Entahlah, Khalifah. Secara jujurnya aku katakan, aku pun macam kau juga. Bila pasal agama, aku jadi semangat. Tapi bila datang masa untuk belajar ilmu medik ni, aku jadi malas. Aku pun rasa macam tu. Cuma satu saja yang aku fikir. Ilmu dunia atau pun ilmu akhirat, dua-dua pun ilmu Allah. Jika kita belajar salah satu daripadanya, kita akan mendapat pahala. Kalau belajar kedua-duanya pun dapat pahala," terang 'Abid.


"Aku pelik, kenapa kita perlu pisahkan antara ilmu medik dengan ilmu agama? Maksud aku, jika kita betul-betul faham Islam, apa saja yang kita buat,
as long as menepati syara', ianya adalah ibadah. Aku fikir macam ni saja, masa aku belajar medik ni, Allah ambil kira pahala mujahadah aku, insyaAllah. Aku harapkan redha Allah saja masa belajar tu. Biarlah aku ngantuk ke, penat ke, tak apa sebab aku tau, Allah tengok aku dan Allah ada CCTV. Allah rakam setiap apa yang aku buat untuk menjadi bukti di akhirat nanti. Supaya nanti Allah akan kata bahawa aku telah melaksanakan tanggungjawab aku sebagai pelajar dan bukan semata-mata sebagai dai'e," sambung 'Abid lagi.

"Lagi satu yang aku fikir adalah aku nak jadi orang Islam yang hebat. Bukan setakat hebat dalam berdakwah tapi juga hebat dalam bidang yang aku ceburi. Contohnya macam Abdul 'Aziz ar-Rantisi. Beliau syahid di jalan Allah tapi di dunia, beliau adalah antara orang yang hebat. Beliau adalah
parasitologist," ujar 'Abid.

Khalifah tersenyum mendengar penjelasan 'Abid. Sesekali dikeluarkan tangannya dari poket baju dan ditiup udara dari mulutnya ke tangan untuk memanaskan tangannya yang kesejukan.


'Abid melihat gelagat sahabatnya itu.


"Kau tak bawa sarung tangan?" tanya 'Abid.


Khalifah menggelengkan kepala, "Lupa."


'Abid tersenyum tatkala sabahatnya itu menggigil kesejukan.


"Lain kali, buat
reminder dalam telefon bimbit tu. Kesian aku tengok kau," ujar 'Abid sambil ditanggalkan sebelah sarung tangannya.

"Nah," dihulurkan sarung tangan itu kepada sahabatnya.


Khalifah memandang 'Abid.


'Abid tersenyum, "Tak payah nak malu dengan aku. Biar kita sama-sama rasakan kesejukan ni. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Pakailah sebelah ni."


Khalifah mengambilnya lalu menyarungkan ke tangan kanannya.


"Jazakallah, ya akhi." ucap Khalifah.


"Kau sahabat aku. Kalau kau susah, aku pun susah. Kalau kau bahagia, aku pun bahagia. Kalau kau sejuk, aku pun sejuk," kata 'Abid lalu berjalan menuju ke perhentian bas.


Khalifah tercegat memandang 'Abid.


'Abid menoleh ke belakang, "Apa yang kau menungkan tu? Jomlah. Kejap lagi bas sampai. Sejuk ni."


Khalifah senyum. Dia pun berlari-lari anak menuju ke arah 'Abid yang menunggunya.


"Kau bukan saja seorang pelajar yang baik tapi juga sahabat yang memahami," bisik Khalifah kepada 'Abid.


'Ikhlaskan diri hanya untuk Illahi, bersungguh-sungguh demi Islam ini.'

Agama bertemu dengan Ilmu Pengetahuan

Francisco Ayala, evolusioner genetis dari University of California Irvine yang berusia 76 tahun, dan mantan katolik diumumkan sebagai pemenang Penghargaan Templeton 2010 karena berhasil menganjurkan untuk saling menghormati, namun tetap memisahkan bidang agama dengan ilmu pengetahuan.

Penghargaan ini diberikan secara rutin oleh filantropi John Templeton Foundation, yang memberikan penghargaan sekitar US$70 juta (Rp 633, 5 miliar) dalam hibah ilmiah setiap tahun untuk mendanai penelitian di lima wilayah inti, termasuk Science & Big Questions dan Exceptional Cognitive Talent & Genius and Genetics

Penghargaan ini tetap menuai berbagai kritik. Sebagian besar iluwan sekuler berkukuh untuk percaya bahwa ini sekedar permainan untuk mempromosikan peran agama dalam ilmu pengetahuan.

“Saya berpendapat bahwa sains dan agama tidak perlu bertentangan,” kata Ayala soal penghargaan itu. “Ilmu pengetahuan mengenai proses-proses yang menjelaskan dunia alam, sedangkan agama mengenai makna dan tujuan dunia serta kehidupan manusia.” [ito]

Komentar saya (penulis yg mengutip tulisan ini):

Jadi terkenang dengan kalimatnya Einstein, bahwa agama tanpa ilmu lumpuh namun ilmu tanpa agama buta. Jadi dalam kehidupan ini kedua bidang itu tak usah berseberangan, bahkan sebaliknya justru harus melengkapi satu sama lainnya. Saya sendiri berpegangan dengan: ilmu pengetahuan dipelajari guna memperoleh penjelasan-penjelasan dari fenomena kehidupan ini, sedangkan agama memberikan kita akan tujuan makna atau arti kehidupan (fenomena) itu. Kemudian, ilmu itu berusaha menganalisa kehidupan memecah-mecah kehidupan jadi berkeping-keping memperdalam suatu masalah kehidupan ini, sedangkan agama memberikan pemahaman tunggal (sintesa) dari keberagaman fenomena yang terpampang didepan kita.

Hukum-hukum yang Berkaitan dengan Adzan

Adzan dengan Pengeras Suara

Di zaman dahulu, tatkala angka kepadatan penduduk masih rendah, teriakan manusia mungkin masih terdengar dari jarak jauh. Namun di zaman kini, ketika penduduk semakin berjejal, ditambah lagi kebisingan suara mesin atau gemuruh aktifitas manusia yang kian hari kian meningkat, seperti di kota-kota besar, jarak jangkau suara manusia bila tidak diperkuat dengan mikrofon sangatlah pendek. Oleh sebab itu para ulama berpendapat bolehnya menggunakan mikrofon ketika adzan, sebab tujuan adzan adalah agar manusia mengetahui waktu-waktu shalat. Jika suara adzan lemah dan tidak bisa terdengar oleh orang yang hendak melakukan shalat, maka tentunya tujuan ini tidak dicapai.

Di antara ulama yang membolehkannya adalah Syaikh Muqbil, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Utsaimin, Syaikh Yahya bin ‘Ali Al Hajury [1] dan lain-lainnya, demikian pula fatwa Lajnah Daimah di Arab Saudi.

Adapun kaidah yang dipakai dalam pembolehan mikrofon untuk adzan adalah:

“Apa yang tidak sempurna dalam perkara wajib kecuali dengan sesuatu maka sesuatu itu menjadi wajib.”

Iqamah dengan Pengeras Suara

Adapun iqamah, tidak mengapa dilakukan dengan pengeras suara atau tanpa pengeras suara, karena fungsi iqamah adalah memberi tahu orang-orang di masjid bahwa imam telah datang dan shalat akan ditegakkan. Dan inilah yang difatwakan oleh Asy Syaik Muqbil dan Asy Syaikh Yahya.

Hukum Adzan Menggunakan Kaset

Berkembangnya teknologi elektronika di tengah-tengah umat yang jahil terhadap Islam justru semakin menambah jauhnya mereka dari agamanya. Sampai-sampai adzan di masjid pun diganti dengan suara kaset. Ini adalah bid’ah. Adzan semacam ini tidak sah dan wajib untuk diulangi. Semoga kaum muslimin mendapatkan hidayah, amin.

Apakah yang Adzan Juga Harus Beriqamah?

Para ulama menganjurkan bahwa yang melakukan adzan maka dia pula yang melakukan iqamah dan ini merupakan sunnah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Adalah Bilal melakukan adzan ketika tergelincir matahari (dhuhur) kemudian ia tidak melakukan iqamah kecuali bila telah melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tatkala dia melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam masuk masjid maka seketika itu pula ia melakukan iqamah.” (HR. Ahmad (19936) dari Jabir bin Samurah)

Adapun bila selesai adzan sang muadzin berhalangan, seperti buang hajat dan sebagainya maka tidak mengapa bagi yang lain untuk melakukan iqamah.

Hukum Shalat Jama’ah Tanpa Adzan

Disyariatkan bagi yang melakukam shalat untuk beradzan dan beriqamah. Adapun shalat jama’ah yang ditegakkan tanpa adzan dan iqamah, sah hukumnya. Demikian menurut fatwa Lajnah Da’imah. Tetapi jika dalam satu kampung, penduduknya bersepakat untuk meninggalkan adzan maka Syaikhul Islam berfatwa bahwa kampung tersebut berhak diperangi.

Ilmu Agama Akan Beransur-ansur Hilang

Assalamualaikum,
Bismillahirrohmanirrohim.

Ertinya:


Daripada Abdullah bin Amr bin 'ash r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Bahawasanya Allah swt. tidak mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari (dada) manusia. Tetapi Allah swt. menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim ulama. Maka apabila sudah ditiadakan alim ulama, orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil sebagai pemimpin mereka. Maka apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain."

H.R. Muslim

Keterangan


Sekarang ini alim-ulama sudah berkurangan. Satu demi satu pergi meninggalkan kita. Kalau peribahasa Melayu mengatakan, "patah tumbuh, hilang berganti", peribahasa ini tidak tepat herlaku kepada alim ulama. Mereka patah payah tumbuh dan hilang payah berganti. Sampailah suatu saat nanti permukaan bumi ini akan kosong dari Ulama. Maka pada masa itu sudah tidak bererti lagi kehidupan di dunia ini. Alam penuh dengan kesesatan. Manusia telah kehilangan nilai dan pegangan hidup.

Sebenarnya, alim ulamalah yang memberikan makna dan erti pada kehidupan manusia di permukaan bumi ini. Maka apabila telah pupus alim ulama, hilanglah segala sesuatu yang bernilai.


Di ahir-akhir ini kita telah melihat gejala-gejala yang menunjukkan hampirnya zaman yang dinyatakan oleh Rasulullah saw. tadi. Di mana bilangan alim ulama hanya tinggal sedikit dan usaha untuk melahirkannya pula tidak mendapat perhatian yang sewajarnya.

Pondok-pondok dan sekolah-sekolah agama kurang mendapat perhatian daripada cerdik pandai. Mereka banyak mengutamakan pengajian-pengajian di bidang urusan keduniaan yang dapat meraih keuntungan harta benda dunia. Ini lah realiti masyarakat kita di hari ini. Oleh itu, perlulah kita memikirkan hal ini dan mencari jalan untuk menyelesaikannya.

Selasa, 06 April 2010

C. Pujian kepada para filsuf kuno

Berselang-seling dengan rambu "Awas Bahaya" dilihat juga tugu-tugu kenang-kenangan. Sering dibaca sekarang, bahwa ummat Islam berhak membanggakan diri atas nilai filsafat ajarannya dan atas para filsuf termashur yang lahir di tengah-tengah mereka.


Mengenai ujud pertama dibuktikan, bahwa pelaksanaan arkan al-islam menghasilkan manfaat besar. Misalnya puasa berguna untuk kesehatan, sikap badan dalam salat melemaskan sendi tulang dan memperpanjang usia, manasik haji mempererat ikatan persaudaraan antara bangsa-bangsa dll. Hasil baik itu disebut hikmah atau filsafat rukun (misalnya. H. ASHSHIDI- QY, Ideologi Islam, Medan, tt.). Syukurlah bahwa hasil baik itu menyusul. Hanya saja sebaiknya tidak diberikan predikat filsafat. Nama tepat untuk hal itu adalah: akibat pragmatis dari kewajiban terhadap Tuhan.


Secara tidak langsung filsafat dipuji oleh perbandingan antara alim ulama dahulu dengan tokoh-tokoh filsafat baru. Misalnya: AL-GHAZALI disebut Kant atau Bergson Islam; IQBAL dijuluki Descartes Islam; AL- ASH' ARI, Leibnitz Islam (bdk. Gema Islam 2, 1962, 22; 3, 1962, 9-10). AL- GHAZALI juga digelari sebagai Descartes daIi David Hume Islam (M. NAT- SIR, Capita Selecta, Jakarta 1957, 20, 179, 201). Perbandingan itu, bila dipikirkan dengan konsekwen, memuat penilaian positif terhadap para filsuf kuno dan mengandung kemungkinan - siapa tahu ? kehidupan kembali filsafat di dalam Isla
B. Penolakan filsafat

Kontak pertama dengan dinamik filsafat Yunani mengobar-ngobarkan semangat besar untuk berfilsafat dan untuk memperluas cakrawala budi di luar batas-batas dari pelajaran hukum (fiqh). Para peminat filsafat yang pertama belum menyusun sistem, hanya memetik beberapa buah fikiran dari khazanah Yunani. Nafsu mereka untuk mengecap buah terlarang itu mengakibatkan kecurigaan pada fihak fuqaha. Dalam dua pernyataan, yang digabungkan dengan ahli fiqh ABU HANIF A (w. 767), yaitu FIQH AKBAR I dan AL-WASIYAT, dirumuskan 37 fasal yang tidak boleh diganggu-gugat oleh kaum filsuf . Gerakan MUTAZILA masuk lebih dalam istana filsafat. Maka dalam FIQH AKBAR II, di mana pengaruh AL-ASH' ARI menampak ( � 935), dikeluarkan pernyataan resmi (29 fasal) yang membatasi penelitian bebas oleh kaum filsuf.


Gerakan FALSAFAH hellenistis memperuncing ketegangan antara akal dan iman. Reaksi para ulama berbentuk aneka warna. Dalam FIQH AKBAR III (abad XI) filsafat dalam 33 fasal ditolak sebagai bid'ah, kufurat, zandiq, mulhid, haram dan majuzi. Al-Tahafut menghitamkan ajaran filsafat secara sistematis dan menyudahi kegiatan filsafat di khalifat timur. Pada tahun 1196 Sultan ABU YUSUF AL-NASIR melarang dengan keras pelajaran filsafat dalam seluruh daerah kekuasaannya di barat. Perlawanan selanjutnya tampak dalam buku-buku seperti "Al-radd ala'I-mantiq", karangan b. TAYMIAH (1300), "lbtal al-falsafah" karangan b. KHALDUN (1400), yang dalam jadwal ilmu pengetahuan mendaftarkan falsafat dalam golongan ilmu-ilmu tolol setingkat dengan sihir, tenung, alkemi dan klenik (The Muqadimmah, terj. F. ROSENTHAL, cet. 2, New York 1967, III 152-153; 246-258). Akhirnya terbitlah "Tahafut al-falsafah", disusun oleh KHAJAZADAH atas perintah sultan Turki Osmanli Mehmed Il (1451 -1481).


Betapa hebat serangan anti filsafat itu dapat dimengerti dari fatwa seorang mu'allim di madrasah Dar al-hadith di Dimashq, yaitu IBN AL-SALEH TAHI'UDDIN ABU AMR 'UTHMAN AL-KURDI AL-SHAH- RAZURI (1182 -1245), yang mengatakan:


"Filsafat merupakan pokok kebodohan dan penyelewengan, bahkan kebingungan dan kesesatan. Barangsiapa yang berfilsafat, maka butalah hatinya dari kebajikan shari'at suci. Siapa mempelajarinya, maka di diiringi kehinaan, tertutup bagi kebenaran dan tergoda oleh setan Para ulama menyelami lautan kebenaran dan bahasan tanpa ilmu mantik atau filsafat. Barangsiapa berpendapat bahwa kedua ilmu berfaedah, maka dia telah dibujuk dan ditipu oleh setan. Para penguasa wajib memecat mereka dari pengajaran dan memenjarakannya" (bdk. E I, III, 927; Hanafi, Pengantar filsafat Islam OC. 27-28).


Suara peringatan seperti itu bernafas panjang dan bergema jauh. MUH. ABDUH menasehati, agar madhhab filsafat berhenti bicara saja (Risalah Tauhid, terj. H. FIRDAUS, Jakarta 1963, 80). H. MUNAWAR CHALIL menyerukan, agar kaum muslim takut akan pemakaian akal, pikiran dan ra'y dalam urusan agama (Kembali kepada al-Qur.an dan assunah, Jakarta 1956, 118-126). Filsafat mengacaukan jalan pikiran benar (HAMKA, Pelajaran agama Islam, Jakarta 1956, 162-169). H. RASHIDI memasang rambu bahaya pada jalan filsafat; itulah jalan ke kufurat (Penyuluh Agama, 1956, 17) dst.
A. Nisbab antara filsafat dan ilmu agama

Dalam jadwal kuliah madrasah besar pengajaran filsafat tidak masuk teras matakuliah pokok, tetapi digolongkan dalam 'ulum al-ajam (ilmu-ilmu asing). Artinya tidak langsung bertempat antara ulum al-din (ilmu-ilmu agama) yang berdasarkan tradisi dan disebut 'ulum al-naqliyyah. Dilihat dari segi lain, filsafat, bersama dengan ilmu mantik dan filologi (lughat, nahwat, sarf dan adab), dipergunakan sebagai ilmu alat ('aliyyah).


Kedudukan filsafat sebagai asing atau sebagai alat saja jelas berkaitan dengan takrif teologi. L. GARDET mendefinisikan teologi muslim sebagai apologi defensif. Teologi hanya perlu diperhatikan sewaktu-waktu, yaitu bila dalil-dalil agama diragukan oleh orang di dalam atau diserang dari luar . Karena itu AL-GHAZALI memperbandingkan teologi dengan obat untuk orang sakit, bukan dengan gizi untuk orang sehat. Pada ketika ajaran agama menjadi "quieta possessio" (milik aman tak terancam) teologi dapat dibebastugaskan, seperti ditulis oleh b. TAYMIAH. Definisi GARDET tersebut disetujui pada masa sekarang oleh FADLOU SHEHADI, ISMAIL FAROUQI dan a. HANAFI (Pengantar theology Islam, Yogyakarta 1967, 126-127).


Jadi terdapat perbedaan besar dengan faham katolik yang mengharapkan dari "intellectus quaerens fidem " (akal menyelidiki isi iman) suatu sumbangan substansiil untuk integrasi akal dan iman dan pembinaan sintese teologis spekulatif.


Karena syarat untuk hidup filsafat dalam Islam itu, maka para filsuf harus merebut kedudukannya oleh membenarkan diri sebagai pendukung, pembela dan juru penerangan agama. Berkali-kali mereka mencoba hal itu, tetapi harapan tidak dipenuhi dan hasil pikiran mereka ditampik sebagai tidak memenuhi syarat.

Belajar di Luar Ilmu Agama Islam

Assalamualaikum Wr Wb,

Pak ustad, saya sebagai seorang pembelajar (mahasiswa) ingin bertanya tentang pandangan dalam Al-Qur'an dan Hadist-hadist shahih disebutkan tentang makna dan keuntungan dalam menuntut ilmu.Ilmu apa saja yang dimaksud dalam Al-Qur'an dan al-hadist? apakah hanya orang yang belajar agama islam saja yang mendapat barokah dan pahala serta dimuliakan Allah SWT nantinya? bagaimanakah nasib orang-orang muslim yang pandai di luar ilmu agama (misal : ilmu perikanan, ilmu pertanian , ilmu teknik dll) namun mengajarkan pada orang-orang lain dan bermanfaat bagi bangsa dan lingkungan sekitar tapi kurang memiliki pendalaman dalam ilmu agama.Apakah terdapat hadist / ayat yang menjawab pertanyaan saya diatas ustad? Terima kasih atas kesempatannya.

Febrie

Sang Pembelajar

Jawaban

Waalaikumussalam Wr Wb
Saudara Febri yang dimulaiakan Allah swt
Islam adalah agama ilmu yang memberikan perhatian sangat besar kepada ilmu pengetahuan serta memberikan kelebihan kepada orang-orang yang mendalaminya, sebagaimana firman Allah swt :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Artinya : “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadalah : 11)

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء

Artinya : “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Fathir : 28)

Dan Allah swt memerintahkan para rasul-Nya untuk meminta kepada Allah swt tambahan ilmu dikarenakan ilmu merupakan sesuatu yang mulia disisi-Nya.

وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمًا

Artinya : “Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS. Thaha : 114)

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairoh disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda,”Dan barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”

Pada dasarnya islam mewajibkan setiap umatnya untuk menuntut ilmu berdasarkan apa yang diiwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda,”Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.”

Namun demikian terjadi perselisihan dikalangan ulama terkait dengan ilmu-ilmu yang diwajibkan tersebut, sebagaimana disebutkan al Ghazali didalam kitab “al Ihya” :

1. Para fuqaha mengatakan bahwa ia adalah ilmu fiqih dikarenakan dengan ilmu tersebut bisa diketahui hal-hal yang dihalalkan dan diharamkan.

2. Para ahli tafsir dan hadits mengatakan bahwa ia adalah ilmu al Quran dan as Sunnah dikarenakan dengan kedua ilmu tersebut seseorang akan mendapatkan ilmu-ilmu yang lainnya.

3. Orang-orang sufi mengatakan bahwa ia adalah ilmu ikhlas dan penyakit-penyakit jiwa.

4. Orang-orang ahli kalam mengatakan bahwa ia adalah ilmu kalam.

Serta banyak pendapat lainnya dari para ulama dalam hal ini.

Sedangkan Al Ghazali berpendapat bahwa ilmu yang diwajibkan tersebut adalah ilmu muamalah (interaksi) antara seorang hamba dengan Tuhannya. Ilmu muamalah itu termasuk ilmu aqidah (keimanan), berbagai perintah dan larangan.

Sedangkan ilmu yang bersifat fardhu kifayah untuk dipelajari oleh kaum muslimin adalah setiap ilmu yang tanpanya maka berbagai urusan dunia tidak bisa ditegakkan, seperti : ilmu kedokteran yang penting dan dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tubuh atau ilmu matematika sangat penting diketahui untuk menghitung warisan, wasiat dan lainnya. Dan jika tak seorang pun dari penduduk suatu negeri yang mempelajarinya maka seluruh penduduk negeri itu berdosa dan apabila ada seorang dari mereka yang mempelajarinya maka terlepaslah kewajiban bagi para penduduk yang lainnya.

Dengan demikian tidaklah ada larangan bagi seorang muslim untuk mempelajari bahkan mendalami ilmu-ilmu dunia, seperti : kedokteran, matematika, pertanian, teknik, perindustrian, kimia dan lainnya. Hal itu dianggap sebagai sebuah kebaikan dan berpahala di sisi Allah swt manakala diniatkan untuk mencari akherat dan memberikan kemaslahatan dan kebaikan bagi umat.

Sabda Rasulullah saw,”Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada seorang mukmin yang lemah. Dan setiap (darinya) ada kebaikan. Berupayalah dengan apa-apa yang membawa manfaat bagimu serta mintalah bantuan kepada Allah dan jangan lemah.” (HR. Muslim)

Namun demikian tidak diperbolehkan bagi setiap muslim yang mempelajari ilmu-ilmu dunia tersebut melalaikan atau melupakan kewajiban asasinya untuk mempelajari ilmu-ilmu agamanya.

Wallahu A’lam

Tata Cara Zikir Serta Arti, Pengertian dan Definisi

Zikir adalah suatu kegiatan atau ucapan yang bertujuan agar selalu ingat kepada sang maha pencipta yaitu Allah SWT. Dari arti bahasa zikir berarti ingat. Berzikir untuk mengingat Allah SWT bisa dengan menyebut Asmaul Husna / nama-nama Allah SWT atawa bisa juga dengan melafalkan kalimat toyyibah / toyibah.

Zikir bisa dilakukan di mana saja asalkan di tempat yang suci terhindar dari kotor dan najis. Dalam berizikir kita harus dengan hati yang tulus dan ikhlas, tenang, suara yang lembut, khusyuk, dan lain-lain. Zikir berfungsi untuk menenangkan jiwa, perlindungan dari Allah SWT, meningkatkan keimanan dan mendapatkan kebahagiaan Allah kelak.

Macam-macam bacaan zikir dengan kalimat toyyibah :

1. Laaa illaahaillallooh / Laaa illaahaillallaah
artinya : Tidak ada tuhan selain Allah SWT
2. Allohuakbar / Allahuakbar
artinya : Allah maha besar
3. Subhaanallooh / Subhaanallaah
artinya : Maha suci Allah
4. Alhamdulillaah
artinya : Segala puji bagi Allah
5. Astaghfirullooh / Astaghfirullaah
artinya : Saya mohon ampun kepada Allah yang maha besar.

Keimanan dalam agama Islam

Keimanan sering disalahpahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tapi harus melalui ilmu dan pemahaman.

Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah.Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu nabi Muhammad SAW. Ia adalah sebaik-baik manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rosul, maka ia menjawab bahwa akhlak rosul adalah Al-quran. Artinya rosul merupakan manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-quran

[10:36] Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Adapun sikap 'percaya' didapatkan setelah memahami apa yang disampaikan oleh mu'min mubaligh serta visi konsep kehidupan yang dibawakan. Percaya dalam Qur'an selalu dalam konteks sesuatu yang ghaib, atau yang belum terrealisasi, ini artinya sifat orang yang beriman dalam tingkat paling rendah adalah mempercayai perjuangan para pembawa risalah dalam merealisasikan kondisi ideal bagi umat manusia yang dalam Qur'an disebut dengan 'surga', serta meninggalkan kondisi buruk yang diamsalkan dengan 'neraka'. Dalam tingkat selanjutnya orang yang beriman ikut serta dalam misi penegakkan Din Islam.

Adapun sebutan orang yang beriman adalah Mu'min

Tahap dan Tingkatan Iman serta Keyakinan
Tahap-tahap keimanan dalam Islam adalah:

  • Dibenarkan di dalam qalbu (keyakinan mendalam akan Kebenaran yang disampaikan)
  • Diikrarkan dengan lisan (menyebarkan Kebenaran)
  • Diamalkan (merealisasikan iman dengan mengikuti contoh Rasul)

Tingkatan Keyakinan akan Kebenaran (Yaqin) adalah:

  • Ilmul Yaqin (berdasarkan ilmu)
  • 'Ainul Yaqin (berdasarkan ilmu dan bukti-bukti akan Kebenaran)
  • Haqqul Yaqin (berdasarkan ilmu, bukti dan pengalaman akan Kebenaran)

Hukum Membenci Polygami

Pertanyaan dari SDP Nasution

Assalamualaikum.wr.wb.
Saya mendengarkan seorang wanita muslim membenci yang namanya polygami menurut islam sedang yang saya tau , apabula membenci hukum Allah maka yang membenci tersebut jatuh musrik. bagai mana itu Pak Ustadz ?Wassalamualaikum.wr.wb.

Jawab

Wa’alaiku salam warahmatullaahi wabarakaatuh

Bismillah wal hamdulillah wa sholatu wassalamu ‘ala Rasulillah wa’ala aalihi wa shohbihi wa mawwaalah.

Telah disepakati oleh para ulama bahwa barangsiapa yang mengingkari salah satu ajaran Islam yang tegas dan bersifat qoth’i (pasti) adalah telah kafir. Dalam mahkamah Islam orang yang demikian ini akan diajukan ke hadapan hakim dan diminta untuk bertaubat setelah terlebih dahulu diberikan nasehat dan diajak untuk berdialog sampai keslahpahaman yang mungkin terjadi pada dia menjadi hilang. Seperti orang yang mengingkari kewajiban shalat, puasa, zakat, haji bagi yang sudah mampu, yang mengingkari haramnya riba, yang menikah dengan saudara dan lain-lain, termausuk diantaranya yang mengingkari kebolehan poligami. Dia diberi kesempatan untuk betaubat selama 3 hari, jika tidak mau bertaubat, maka hakim berhak memberikan keputusan terhadapnya.

Adapun jika dia tidak mengingkari, tetapi enggan atau malas untuk mengerjakannya, maka orang ini tidak dihukumi kafir dan dia berdosa besar dan diminta bertaubat. Ini adalah pendapat dari Imam Syafi’i dan Imam Abu Hanifah. Sedangkan menurut sebagian ulama yang lain, mereka ini hukumnya sama saja dengan yang pertama, yaitu yang mengingkari kewajiban-kewajiban itu. (Lihat penjelasan tentang masalah ini di Fiqhus Sunnah, I : 80 – 82)

Jumat, 26 Maret 2010

Sifat Kalam Bagi ALLAH

Fenonema adanya pemahaman sesat yang menyebarkan pemahaman bahwa Al Qur’an adalah mahluk sepertinya tidak pernah pupus hingga kini. Tebukti akhir-akhir ini ada seorang bertitel Doktor dosen salah satu perguruan tinggi Islam di negeri kita yang terang-terangan mengkampanyekan pemahaman nyeleneh tersebut hingga berani melecehkan ayat-ayat Al Qur’an. Bagaimana sebenarnya kedudukan Kalamullah dan Al Qur’an dalam perspektif Islam. Silahkan Simak..

- Pendapat Ahlus Sunnah tentang Kalamullah


Tentang kalamullah, Ahlussunnah ber¬pendapat bahwa kalamullah adalah sifat dari sifat-sifat Allah dan Allah terus menerus disifati dengan sifat kalam/ berbicara secara hakiki sesuai dengan kesempurnaan-Nya dan menurut kehendak-Nya. Bicara-Nya dengan huruf dan suara yang bisa didengar akan tetapi tidak serupa dengan suara makhluk. Berkata-kata dengan apa-apa yang Allah kehendaki dan kapan saja Dia kehendaki.


Dalil atas adanya sifat ini adalah firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

“Dan Allah berbicara dengan Musa dengan pembicaraan.”

(Q.S An Nisaa: 164)

“Dan ketika Musa datang ke tempat Kami, dan Rabbnya mengajaknya berbicara.”

(QS. Al A’raf: 143)


Dalil bahwa berbicaranya dengan suara adalah firman-Nya:

“Dan Kami menyeru Musa di sisi bukit Thur sebelah kanan dan kami dekatkan dia kepada Kami.” (QS. Maryam: 52)


Dalil dari sunnah adalah ucapan Beliau Shalallahu’alaihi Wassallam,

“Wahai Adam”, maka Adam menjawab, ” Saya ya Rabb.” Maka Allah menyerunya dengan suara. “Sesungguhnya Allah menyuruhmu untuk mengeluarkan dari anak cucumu sekelompok manusia dari neraka. ” Maka Adam menjawab, “Wahai Rabbku kelompok mana yang dikeluarkan dari neraka?

(HR. Bukhari Muslim dari Abi Said Al Khudry)


Dalil bahwasanya berbicara-Nya itu dengan huruf adalah firman Allah :

“Dan Kami berkata,”Wahai Adam tinggallah engkau dengan istrimu di jannah.”

(QS. Al-Baqarah: 35)

Dan dalil bahwasanya berbicaranya dengan masyi’ah-Nya (kehendak-Nya) adalah:

“Dan ketika Musa datang ke tempat Kami, dan Rabbnya mengajaknya berbicara.”

(QS. Al A’raf: 143)


Maka dalam ayat ini berbicaranya Allah itu itu setelah datangnya Musa alaihis salam.

Al Kalam adalah sifat dzatiyah jika dilihat dari asalnya. Karena sesungguhnya Allah itu terus menerus disifati dengan sifat kalam dan maha kuasa untuk berbicara.


Dan termasuk sifat fi’liyah jika dilihat dari satu persatu dari kalam-Nya. Karena hal ini berkaitan dengan kehendak-Nya kapan Dia kehendaki.

Penulis banyak menyebutkan dalil kalam karena disini banyak terjadi perdebatan dan banyak terjadi fitnah pada masalah sifat ini.


- Ucapan Ahlus Sunnah tentang Al Quran.


Mereka berkata Al Quran adalah kalamullah, dan bukan makhluk. Dari-Nya berasal kepada- Nyalah akan kembali. Dalil yang menjelaskan bahwa Al Quran adalah Kalamullah adalah firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

“Dan jika seseorang dari orang-orang musyrik ada yang meminta perlindungan kepadamu, maka berilah perlindungan sampai mereka mendengar kalamullah.

(QS. At Taubah:6)

Kalamullah di sini adalah Al Qur’an.


Dalil bahwasanya Alquran itu diturunkan adalah firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:


“Dan ini adalah kitab yang Kami menurunkannya yang diberkahi, maka ikutilah dan bertakwalah kalian semua agar kalian dirahmati.” (QS Al An’am: 155)


Dalil bahwa Al Quran itu bukan mahluk adalah firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

“Ketahuiluh miIik-Nyalah penciptaan dan perintah

(QS. Al A’raf: 54)

dalam ayat ini Allah membedakan antara perintah-Nya dengan ciptaan-Nya.

Dan Al Qur’an merupakan perintah Allah (bukan ciptaan-Nya pent) sebagaimana firmanNya:


” Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh dari perintah Kami.” (QS. As Syura: 52) dan sesungguhnya Al Quran itu adalah termasuk Kalamullah dan Kalamullah adalah salah satu sifat dari sifat-sifat Allah dan sifat Allah itu bukanlah makhluk.

Dan makna dari-Nya berasal bahwasanya Allah berkata-kata dengannya sejak dahulu.


Dan makna kepada-Nya lah akan kembali adalah akan kembali kepada Allah pada akhir

zaman, akan diangkat dari mushaf-mushaf, dari dada-dada manusia sebagai pemuliaan baginya ketika manusia menjadikannya sebagai bahan olok-olok dan permainan.