Kamis, 08 April 2010

Cara mempelajari ilmu dasar agama islam

Fakta : Mempelajari ilmu dasar Agama Islam sebenarnya mudah, asal ditunjukkan sehingga tahu cara dan jalannya.

Pernahkah Saudara berpikir suatu saat menemukan cara mudah mempelajari ilmu dasar Agama Islam, sehingga memperoleh kepuasan dan keyakinan menghadapi segala kemungkinan di balik kehidupan dunia yang fana ini?


Ya, memang Saudara, suatu fenomena di masyarakat pada dasarnya mereka kesulitan menemukan kembali kemurnian Ilmu Agama Islam, sebagai bekal pengamalan secara real menjadi pegangan hidup, way of life, jalan keselamatan dunia dan akhirat.

Hal itu memang dimaklumi mengingat adanya beberapa faktor yang dapat menjadi kendala antara lain :


- Faktor Tempat

Kemana akan mencari tempat ataupun lembaga yang benar-benar mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat tentang peribadatan berdasarkan kepada Kitab Suci Al-Quran dan Sunah Rosululloh SAW secara kongkrit.

- Faktor Materi dan Pengajar / Ustadznya

Masalah materi sebenarnya sudah jelas karena pedoman Agama Islam adalah al-Quran dan al-Hadis , sebagaimana Nabi Muhammad SAW sudah berpesan “Taroktu fii kum amroini lan tadhil-lu ma tamasktum bi hima kitaabillahi wa sun-nati nabiyihi,” = Telah aku tinggalkan dua perkara di kalangan kamu semua, (yang mana) kamu semua tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya, (yaitu) Kitabillah (Al-Quran) dan Sunah / tuntunan Nabinya Alloh (al-Hadis). Hadis Riwayat Malik fii Muato’.
Haditsnya begitu jelas, namun kenyataanya praktek di lapangan permasalahan materi ini belum memasyarakat sebagaimana yang kita harapkan.
Demikian juga siapa pengajar (ustadz) yang memiliki kemampuan memadai tentang penguasaan ilmu dasar Agama Islam, namun tetap dengan ridho sanggup berjuang Lillahi Ta’ala (karena Alloh) memberikan ilmunya, membimbing serta mendampingi dengan sobar, tekun.
Melayani dan mendatangi masyarakat yang meminta kursus private meskipun hanya mengajar satu atau dua orang? ikhlas,

- Faktor Metode Pembelajaran / Pengajian.

Metode pengajian pada umumnya selama ini belum efektif mengena pada sasaran, dengan hanya mendengarkan ulama / ustadz ceramah di podium pada tabligh akbar , media elektronik (radio, televisi, internet) , ataupun tulisan di media cetak yang berpola komunikasi searah , rasanya belum memperoleh hasil yang optimal. Terkadang materi yang dibawakan justru tidak menyentuh permasalahan pembinaan umat dengan tuntunan perilaku kehidupan sehari-hari.
Sementara mempelajari agama dengan membeli dan membaca buku-buku agama karangan para penulis, terkadang juga menimbulkan berbagai keraguan. Semakin banyak membaca buku-buku karangan belum tentu semakin mantap dalam keyakinan terhadap suatu amalan atau topic tertentu.
Hal ini dimaklumi karena untuk satu topic tertentu saja, cukup banyak para penulis dari berbagai sudut pandangnya tentang Islam yang dipublikasikan dengan banyaknya penerbitan buku karangan para penulis tersebut.
Alhasil sulit untuk menyimpulkan, lalu munculah keraguan bagi para pencari “hidayah” ilmu agama, bahkan dapat “membingungkan”.
Mudahkah kita menghubungi penulis melalui penerbit untuk sekedar konfirmasi, terlebih berbincang-bincang sepuasnya ?
Membaca buku-buku agama karangan para pakar, bukannya tidak penting, tetapi tetap berguna untuk menambah wawasan, sebagai bahan studi banding terutama dalam hal teknik dan metodologi penulisannya yang kebanyakan sudah memenuhi syarat-syarat penulisan karya ilmiah.
Saatnya kita perlu cara lain untuk mendalami dasar ilmu Agama Islam, dengan cara yang praktis namun efektif praktis menemukan kepastian dalam keyakinan, yang tidak sekedar sebagai pengetahuan layaknya membaca koran dan majalah.
- Faktor Lamanya Waktu Belajar.
Faktor ini cukup menjadikan alasan tidak intensif pembelajaran. Banyak di antara kita memiliki kegiatan yang sudah menjadi rutinitas, menyita banyak waktu dan perhatian, seperti bekerja, mengurus anak, kuliah, mengurus partai, mengawasi perusahaan, padatnya jadwal mengajar les private, kepadatan sidang bagi anggota dewan, kesibukan shooting bagi selebritis, kesibukan membuat Surat Lamaran kerja, serta berbagai kesibukan dalam keluarga, sehingga urusan mengaji / mendalami agama berpeluang menjadi semakin terabaikan.
Keinginan untuk mendalami agama secara intensif sebagaimana Saudara-saudara kita yang belajar di pondok pesantren, yang mengabiskan waktu bertahun-tahun, ternyata banyak pertimbangan.
Itu idealis tetapi belum tentu realistis.
Namun dengan metode pembelajaran (mengaji) dengan memaknai Quran Hadits dengan bimbingan langsung dari mubaligh ini, pengalaman saya, Hari Wuryanto mengikuti pengajian tersebut sehingga menemukan “kunci rahasia” Agama Islam sebagaimana bentuk ASLI-nya yang dipraktekkan oleh Rosululloh SAW beserta para sohabatnya hanya memerlukan waktu 3 bulan !

Keutamaan Mempelajari Fiqih dan Ilmu Agama

Keutamaan Mempelajari Fiqih dan Ilmu Agama

1. Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar. (HR. Bukhari)

2. Para ulama fiqih adalah pelaksana amanat para rasul selama mereka tidak memasuki (bidang) dunia. Mendengar sabda tersebut, para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa arti memasuki (bidang) dunia?” Beliau menjawab, “Mengekor kepada penguasa dan kalau mereka melakukan seperti itu maka hati-hatilah terhadap mereka atas keselamatan agamamu. (HR. Ath-Thabrani)

3. Rasulullah Saw bersabda : “Ya Allah, rahmatilah khalifah-khalifahku.” Para sahabat lalu bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah khalifah-khalifahmu?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang datang sesudahku mengulang-ulang pelajaran hadits-hadits dan sunahku dan mengajarkannya kepada orang-orang sesudahku.” (HR. Ar-Ridha)

Keanehan Dan Kemisteriusan Angka 7


Temen-temen, aku pengen sharing nih,,,

Pertama-tama aku pengen ungkapin, bahwa sebenarnya matematika pun tak bisa lepas dari ilmu agama...
Rata Penuh

Mau bukti?? Salah satunya adalah angka 7 (tujuh).
Kenapa dengan angka ini?? Da yang tau dimana letak kemisteriusan dan kesamaannya dengan ilmu agama??

Seperti kita ketahui... Bahwa sampai sekarang, belum ada satu orang pun yang bisa mendeskripsikan bilangan-bilangan kelipatan 7...
Kelipatan-kelipatan angka lain bisa kita ketahui dengan sekilas, misalnya:
~ bilangan kelipatan 2 pasti bilangan genap
~ bilangan kelipatan 3 pasti bila dijumlahkan digit-digitnya akan menghasilkan 3,6 atau 9
~ bilangan 4 dan 8, hampir memiliki ciri yang sama dengan bilangan kelipatan 2
~ bilangan kelipatan 5, pasti bilangan yang memiliki satuan 0 dan 5
~ bilangan kelipatan 6, adalah bilangan yang bila digit-digitnya dijumlahkan akan menghasilkan 3,6 atau 9, dengan satuan genap
~ bilangan kelipatan 9 adalah bilangan yang bila dijumlahkan digit-digitnya akan menghasilkan 9

Kemudian, bagaimana dengan kelipatan 7?? Sungguh misterius...

Semua itu sama misteriusnya dengan ilmu agama, terutama yang saya tekankan adalah agamaISLAM...

Seperti kita ketahui, ALLAH menciptakan alam dalam waktu 7 hari, dengan 7 lapis bumi dan 7 lapis langit. Kemudian, neraka juga ada 7, begitu pula dengan surga yang berjumlah 7... Hal-hal tersebut masih misteri bagi kita semua. Kita hanya wajib mempercayainya, tanpa mengetahui bagaimana asal-usulnya, , , , aneh bukan??

Kemudian, surat yang pertama kali di AL-QUR'AN, yaitu surah AL-FATIHAH juga memiliki 7 ayat,,,

Dari fenomena alam pun ada kejadian yang aneh. Seperti kita ketahui, bahwa warna putihadalah gabungan dari seluruh warna. Lalu, kenapa warna pelangi cuma 7?? Aneh g??

Jumlah hari dalam seminggu pun ada 7 hari??

Dan masih banyak lagi misteri dari angka 7. Sungguh sebuah angka yang memiliki ribuan fenomena.

Semoga dengan ini, kita semakin bisa mendekatkan diri kepada ALLAH SWT....

Ilmu Dunia vs Ilmu Agama

Bismillahirrahmanirrahim...

"A'uzubillahiminashshaithaanirrajimm..." Khalifah menguap sambil tangan kanan menutup mulutnya.


Dipalingkan wajahnya ke arah 'Abid yang sedang tekun mengulangkaji pelajaran. Dia tersenyum melihat 'Abid. Sesekali 'Abid memejamkan matanya sambil mulutnya terkumat kamit menghafal sesuatu. Khalifah kembali memandang bukunya yang sudah berwarna dengan bermacam warna
highlighter.

"Bismillahirrahmanirrahim..." kata Khalifah lalu menyambung mujahadahnya.


***********************************************************************************


"Tekun benar aku tengok kau
study tadi. Aku dah siap menguap-nguap tengok buku. Kau, aku tengok steady saja. Bagilah tips sikit," tegur Khalifah kepada 'Abid.

'Abid sibuk mengemas buku-bukunya yang bersepah di atas meja.


"Tak ada
tips apa pun, Khalifah. Aku hanya menjalankan tanggungjawab aku sebagai seorang pelajar saja," jawab 'Abid sambil tangannya mencapai pen-pen di atas meja lalu disimpan ke dalam begnya.

Khalifah hanya berdiri di sisi 'Abid, melihat sahaja sahabatnya mengemas barang.


"Okey, dah. Jom kita balik, Khalifah!" ajak 'Abid sambil memandang Khalifah dan menyandang begnya.


'Abid menyentuh bahu Khalifah dan mereka berjalan keluar dari perpustakaan itu.


"'Abid, jawablah soalan aku tadi," ujar Khalifah yang tidak lekang dari senyuman.


"Hahaha. Nak jawab apa, Khalifah?" 'Abid ketawa kecil.


"Soalan aku tadilah. Macam mana kau boleh begitu fokus dalam belajar. Tak macam aku. Hanya bila nak sediakan bahan usrah saja aku bersemangat, bila dengar ceramah agama saja aku bersemangat, bila nak
plan program agama saja aku bersemangat tapi bila belajar ilmu dunia ni, aku cepat sangat mengantuk, hilang semangat," terang Khalifah.

'Abid mendengar sahaja luahan hati sahabatnya itu. Dia berhenti lalu berkata, "Kejap, Khalifah. Kita
stop sini sekejap."

Khalifah memandang 'Abid. Kedua-dua tangannya diseluk ke dalam poket
overcoat hitamnya, menahan sejuk.

"Entahlah, Khalifah. Secara jujurnya aku katakan, aku pun macam kau juga. Bila pasal agama, aku jadi semangat. Tapi bila datang masa untuk belajar ilmu medik ni, aku jadi malas. Aku pun rasa macam tu. Cuma satu saja yang aku fikir. Ilmu dunia atau pun ilmu akhirat, dua-dua pun ilmu Allah. Jika kita belajar salah satu daripadanya, kita akan mendapat pahala. Kalau belajar kedua-duanya pun dapat pahala," terang 'Abid.


"Aku pelik, kenapa kita perlu pisahkan antara ilmu medik dengan ilmu agama? Maksud aku, jika kita betul-betul faham Islam, apa saja yang kita buat,
as long as menepati syara', ianya adalah ibadah. Aku fikir macam ni saja, masa aku belajar medik ni, Allah ambil kira pahala mujahadah aku, insyaAllah. Aku harapkan redha Allah saja masa belajar tu. Biarlah aku ngantuk ke, penat ke, tak apa sebab aku tau, Allah tengok aku dan Allah ada CCTV. Allah rakam setiap apa yang aku buat untuk menjadi bukti di akhirat nanti. Supaya nanti Allah akan kata bahawa aku telah melaksanakan tanggungjawab aku sebagai pelajar dan bukan semata-mata sebagai dai'e," sambung 'Abid lagi.

"Lagi satu yang aku fikir adalah aku nak jadi orang Islam yang hebat. Bukan setakat hebat dalam berdakwah tapi juga hebat dalam bidang yang aku ceburi. Contohnya macam Abdul 'Aziz ar-Rantisi. Beliau syahid di jalan Allah tapi di dunia, beliau adalah antara orang yang hebat. Beliau adalah
parasitologist," ujar 'Abid.

Khalifah tersenyum mendengar penjelasan 'Abid. Sesekali dikeluarkan tangannya dari poket baju dan ditiup udara dari mulutnya ke tangan untuk memanaskan tangannya yang kesejukan.


'Abid melihat gelagat sahabatnya itu.


"Kau tak bawa sarung tangan?" tanya 'Abid.


Khalifah menggelengkan kepala, "Lupa."


'Abid tersenyum tatkala sabahatnya itu menggigil kesejukan.


"Lain kali, buat
reminder dalam telefon bimbit tu. Kesian aku tengok kau," ujar 'Abid sambil ditanggalkan sebelah sarung tangannya.

"Nah," dihulurkan sarung tangan itu kepada sahabatnya.


Khalifah memandang 'Abid.


'Abid tersenyum, "Tak payah nak malu dengan aku. Biar kita sama-sama rasakan kesejukan ni. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Pakailah sebelah ni."


Khalifah mengambilnya lalu menyarungkan ke tangan kanannya.


"Jazakallah, ya akhi." ucap Khalifah.


"Kau sahabat aku. Kalau kau susah, aku pun susah. Kalau kau bahagia, aku pun bahagia. Kalau kau sejuk, aku pun sejuk," kata 'Abid lalu berjalan menuju ke perhentian bas.


Khalifah tercegat memandang 'Abid.


'Abid menoleh ke belakang, "Apa yang kau menungkan tu? Jomlah. Kejap lagi bas sampai. Sejuk ni."


Khalifah senyum. Dia pun berlari-lari anak menuju ke arah 'Abid yang menunggunya.


"Kau bukan saja seorang pelajar yang baik tapi juga sahabat yang memahami," bisik Khalifah kepada 'Abid.


'Ikhlaskan diri hanya untuk Illahi, bersungguh-sungguh demi Islam ini.'

Agama bertemu dengan Ilmu Pengetahuan

Francisco Ayala, evolusioner genetis dari University of California Irvine yang berusia 76 tahun, dan mantan katolik diumumkan sebagai pemenang Penghargaan Templeton 2010 karena berhasil menganjurkan untuk saling menghormati, namun tetap memisahkan bidang agama dengan ilmu pengetahuan.

Penghargaan ini diberikan secara rutin oleh filantropi John Templeton Foundation, yang memberikan penghargaan sekitar US$70 juta (Rp 633, 5 miliar) dalam hibah ilmiah setiap tahun untuk mendanai penelitian di lima wilayah inti, termasuk Science & Big Questions dan Exceptional Cognitive Talent & Genius and Genetics

Penghargaan ini tetap menuai berbagai kritik. Sebagian besar iluwan sekuler berkukuh untuk percaya bahwa ini sekedar permainan untuk mempromosikan peran agama dalam ilmu pengetahuan.

“Saya berpendapat bahwa sains dan agama tidak perlu bertentangan,” kata Ayala soal penghargaan itu. “Ilmu pengetahuan mengenai proses-proses yang menjelaskan dunia alam, sedangkan agama mengenai makna dan tujuan dunia serta kehidupan manusia.” [ito]

Komentar saya (penulis yg mengutip tulisan ini):

Jadi terkenang dengan kalimatnya Einstein, bahwa agama tanpa ilmu lumpuh namun ilmu tanpa agama buta. Jadi dalam kehidupan ini kedua bidang itu tak usah berseberangan, bahkan sebaliknya justru harus melengkapi satu sama lainnya. Saya sendiri berpegangan dengan: ilmu pengetahuan dipelajari guna memperoleh penjelasan-penjelasan dari fenomena kehidupan ini, sedangkan agama memberikan kita akan tujuan makna atau arti kehidupan (fenomena) itu. Kemudian, ilmu itu berusaha menganalisa kehidupan memecah-mecah kehidupan jadi berkeping-keping memperdalam suatu masalah kehidupan ini, sedangkan agama memberikan pemahaman tunggal (sintesa) dari keberagaman fenomena yang terpampang didepan kita.

Hukum-hukum yang Berkaitan dengan Adzan

Adzan dengan Pengeras Suara

Di zaman dahulu, tatkala angka kepadatan penduduk masih rendah, teriakan manusia mungkin masih terdengar dari jarak jauh. Namun di zaman kini, ketika penduduk semakin berjejal, ditambah lagi kebisingan suara mesin atau gemuruh aktifitas manusia yang kian hari kian meningkat, seperti di kota-kota besar, jarak jangkau suara manusia bila tidak diperkuat dengan mikrofon sangatlah pendek. Oleh sebab itu para ulama berpendapat bolehnya menggunakan mikrofon ketika adzan, sebab tujuan adzan adalah agar manusia mengetahui waktu-waktu shalat. Jika suara adzan lemah dan tidak bisa terdengar oleh orang yang hendak melakukan shalat, maka tentunya tujuan ini tidak dicapai.

Di antara ulama yang membolehkannya adalah Syaikh Muqbil, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Utsaimin, Syaikh Yahya bin ‘Ali Al Hajury [1] dan lain-lainnya, demikian pula fatwa Lajnah Daimah di Arab Saudi.

Adapun kaidah yang dipakai dalam pembolehan mikrofon untuk adzan adalah:

“Apa yang tidak sempurna dalam perkara wajib kecuali dengan sesuatu maka sesuatu itu menjadi wajib.”

Iqamah dengan Pengeras Suara

Adapun iqamah, tidak mengapa dilakukan dengan pengeras suara atau tanpa pengeras suara, karena fungsi iqamah adalah memberi tahu orang-orang di masjid bahwa imam telah datang dan shalat akan ditegakkan. Dan inilah yang difatwakan oleh Asy Syaik Muqbil dan Asy Syaikh Yahya.

Hukum Adzan Menggunakan Kaset

Berkembangnya teknologi elektronika di tengah-tengah umat yang jahil terhadap Islam justru semakin menambah jauhnya mereka dari agamanya. Sampai-sampai adzan di masjid pun diganti dengan suara kaset. Ini adalah bid’ah. Adzan semacam ini tidak sah dan wajib untuk diulangi. Semoga kaum muslimin mendapatkan hidayah, amin.

Apakah yang Adzan Juga Harus Beriqamah?

Para ulama menganjurkan bahwa yang melakukan adzan maka dia pula yang melakukan iqamah dan ini merupakan sunnah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Adalah Bilal melakukan adzan ketika tergelincir matahari (dhuhur) kemudian ia tidak melakukan iqamah kecuali bila telah melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tatkala dia melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam masuk masjid maka seketika itu pula ia melakukan iqamah.” (HR. Ahmad (19936) dari Jabir bin Samurah)

Adapun bila selesai adzan sang muadzin berhalangan, seperti buang hajat dan sebagainya maka tidak mengapa bagi yang lain untuk melakukan iqamah.

Hukum Shalat Jama’ah Tanpa Adzan

Disyariatkan bagi yang melakukam shalat untuk beradzan dan beriqamah. Adapun shalat jama’ah yang ditegakkan tanpa adzan dan iqamah, sah hukumnya. Demikian menurut fatwa Lajnah Da’imah. Tetapi jika dalam satu kampung, penduduknya bersepakat untuk meninggalkan adzan maka Syaikhul Islam berfatwa bahwa kampung tersebut berhak diperangi.

Ilmu Agama Akan Beransur-ansur Hilang

Assalamualaikum,
Bismillahirrohmanirrohim.

Ertinya:


Daripada Abdullah bin Amr bin 'ash r.a. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Bahawasanya Allah swt. tidak mencabut (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari (dada) manusia. Tetapi Allah swt. menghilangkan ilmu itu dengan mematikan alim ulama. Maka apabila sudah ditiadakan alim ulama, orang ramai akan memilih orang-orang yang jahil sebagai pemimpin mereka. Maka apabila pemimpin yang jahil itu ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain."

H.R. Muslim

Keterangan


Sekarang ini alim-ulama sudah berkurangan. Satu demi satu pergi meninggalkan kita. Kalau peribahasa Melayu mengatakan, "patah tumbuh, hilang berganti", peribahasa ini tidak tepat herlaku kepada alim ulama. Mereka patah payah tumbuh dan hilang payah berganti. Sampailah suatu saat nanti permukaan bumi ini akan kosong dari Ulama. Maka pada masa itu sudah tidak bererti lagi kehidupan di dunia ini. Alam penuh dengan kesesatan. Manusia telah kehilangan nilai dan pegangan hidup.

Sebenarnya, alim ulamalah yang memberikan makna dan erti pada kehidupan manusia di permukaan bumi ini. Maka apabila telah pupus alim ulama, hilanglah segala sesuatu yang bernilai.


Di ahir-akhir ini kita telah melihat gejala-gejala yang menunjukkan hampirnya zaman yang dinyatakan oleh Rasulullah saw. tadi. Di mana bilangan alim ulama hanya tinggal sedikit dan usaha untuk melahirkannya pula tidak mendapat perhatian yang sewajarnya.

Pondok-pondok dan sekolah-sekolah agama kurang mendapat perhatian daripada cerdik pandai. Mereka banyak mengutamakan pengajian-pengajian di bidang urusan keduniaan yang dapat meraih keuntungan harta benda dunia. Ini lah realiti masyarakat kita di hari ini. Oleh itu, perlulah kita memikirkan hal ini dan mencari jalan untuk menyelesaikannya.