Kamis, 08 April 2010

MAKIN TINGGI ILMU AGAMA, MAKIN RENDAH HATI

Setelah meluruskan dan membenarkan niat kita, agar sukses dalam mencari ilmu orang perlu tawadlu’ (rendah hati/tidak sombong). Karena tawadlu’ itu sifat orang taqwa. Orang taqwa yang tawadlu’ dengan cepat naik ke derajat yang tinggi. Jauhi sifat sombong (sombong itu hanya milik Allah), jika kita ingin sukses dengan selamat dunia akhirat.

Seperti pepatah tanaman “Makin tinggi makin merunduk”. Makin tinggi ilmu seseorang, makin merasa bodoh, merasa tidak ada artinya di hadapan Allah. Orang yang berilmu tinggi, biasanya tidak merasa pinter. Tidak merasa benar sendiri. Tidak mudah mengafirkan orang. Tidak mudah menuduh bid’ah seseorang. Selalu berprasangka baik terhadap orang lain.

Sementara agar kita bisa menjadi manusia yang tawadlu’ dan berilmu tinggi, maka bagi pelajar harus bisa memilih ilmu yang benar. Hendaknya memilih mana yang terbagus dan dibutuhkan dalam kehidupan agamanya pada waktu itu dan yang untuk waktu akan datang. Hendaknya lebih dahulu mempelajari Tauhid, mengenali Allah lengkap dengan dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taqlid – sekalipun menurut pendapat kita sudah syah – adalah tetap berdosa, karena tidak mau beristidlal dalam masalah ini.

Juga penting adalah memilih ilmu kuna, bukan baru lahir dalam masalah agama. Banyak ulama berkata: Tekunilah ilmu kuna, bukan ilmu yang baru saja. Awas jangan sampai terkena pengaruh perbantahan (perdebatan agama) yang tumbuh subur setelah habisnya ulama besar. Sebab hal itu hanya menjauhkan para penuntut ilmu dari mengenali fiqh, hanya menghabiskan usia tanpa guna, menumbuhkan sikap antipati dan gemar bermusuhan. Dan itulah termasuk tanda-tanda kiamat akan tiba serta lenyapnya fiqh dan pengetahuan-pengetahuan lain.

Agama itu nasihat, pitutur. Bukan diomongkan, tapi harusnya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang banyak mempelajari agama hanya untuk melakukan perdebatan khilafiah. Misalnya: soal qunut, tahlil, bilangan taraweh dan sebaginya. Tolak ukur akhlak seseorang dalam masyarakat terletak pada seberapa dermawan seseorang. Seberapa ringan terhadap dunia. Seberapa peduli terhadap sesama manusia. Seberapa belas kasihnya terhadap manusia.

Posting Komentar